Hamil Tua untuk Lahirnya Putra Petir
Senin, 19 Maret 2012 – 01:24 WIB
Kita pernah menjawab pertanyaan "mengapa" itu beberapa tahun lalu. Saat program konversi minyak tanah ke elpiji dilakukan dengan sungguh-sungguh. Bukan main sulit dan beratnya meyakinkan masyarakat untuk pindah dari minyak tanah ke elpiji. Bukan main bisingnya demo dan penentangan terhadap konversi saat itu. Bukan main kecaman yang dilontarkan, sampai-sampai program itu dianggap menyengsarakan rakyat kecil.
Meski awalnya ditentang begitu hebat, didemo begitu seru, dan dimaki-maki setengah mati, toh akhirnya "Purwodadi kuthane, sing dadi nyatane!". Kenyataannya berhasil! Sekian tahun kemudian, diakui konversi minyak tanah ke elpiji tersebut sebagai success story yang besar!
Kalau saja tidak ada konversi itu, alangkah beratnya saat ini! Harga minyak tanah pun akan ikut naik. Yang terkena tidak lagi para pemilik mobil dan motor, juga ibu-ibu di dapur! Sekarang, naikkanlah harga minyak tanah! Ibu-ibu tidak peduli! Maka, untuk mengenang kesuksesan konversi itu, seharusnya kini kita teriakkan: Hidup Putra Petir! Eh, salah: Hidup SBY-JK!