Harga Barang Ritel Naik 10 Persen
JAKARTA - Tahun 2014 mendatang para pengusaha ritel modern berencana menaikkan harga barang yang ditawarkannya hingga 10 persen. Alasan kenaikan itu karena beban biaya operasional industri serta upah minimum provinsi (UMP) telah bertambah cukup signifikan.
"Kita akan naikkan harga sampai 10 persen tahun depan. Sebab kondisi sekarang ini tidak mungkin untuk mempertahankan harga, terutama untuk produk makanan dan minuman. Beban operasional industri sudah cukup tinggi," ujar Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo), Pudjianto kemarin (10/12).
Menurut dia, produk makanan-minuman dan garmen termasuk industri padat karya (labour intensif). Kenaikan biaya operasional paling besar akibat kenaikan upah buruh dengan rata-rata per daerah naik lebih dari 10 persen."Upah itu memakan sekitar 40- 45 persen dari total cost production (total biaya produksi)," sebutnya.
Biaya lain yang meningkat adalah harga sewa tempat. Hal ini menjadi beban bagi pengusaha ritel modern untuk melakukan ekspansi. Penyebab kenaikan harga sewa terjadi setiap tahun akibat harga properti dan tarif listrik yang naik."Tarif sewa itu naiknya tinggi sekali, kontribusi sewa 20-25 persen dari total biaya," katanya.
Di sisi lain, biaya bahan bakar minyak (BBM) yang naik pada pertengahan tahun lalu, ditambah dengan kenaikan tarif dasar listrik setiap tiga bulan sekali membuat pengusaha ritel tambah tidak berkutik."Ini membebani pada wilayah transportasi dan distribusi barang. Listrik sama bensin, itu kurang lebih 10-15 persen," sebutnya.
Dengan begitu pihaknya mencatat setidaknya 75 persen dari biaya operasional telah naik saat ini dan akan bertambah tahun depan. Oleh karena itu, lanjut dia, wajar jika para pengusaha ritel terpaksa menaikan harga barang.
"Persoalan ada efisiensi kita terus lakukan tapi tetap saja beban ini tinggu sehingga harus ada kenaikan harga," tukasnya.
Menteri Perdagangan (Mendag) Gita Wirjawan mengimbau agar para pengusaha ritel modern bisa menyisihkan sebagian kecil pendapatannya untuk kepentingan sosial. Sebab, tahun ini saja, omzet sektor ritel modern sudah mencapai Rp 375 triliun.
"Omzet tahun 2013 Rp 375 triliun. Dan kalau 0,01 persen saja disumbangkan untuk sosial, itu sangat membantu masyarakat," cetusnya.
Salah satu yang sedang giat dilaksanakan adalah bekerjasama dengan Palang Merah Indonesia (PMI). Uang recehan dari kasir yang diiklaskan pembeli bisa disetorkan ke PMI.
"Karena saya lihat, usaha ritel itu sangat menggembirakan, trennya dahsyat termasuk peningkatan usaha, minimarket, hipermarket dan lain-lain," jelasnya. (wir)