Harga Kopra Anjlok, Ini Langkah Pemprov Sulut
jpnn.com, MANADO - Anjloknya harga kopra di Sulawesi Utara (Sulut) langsung direspon Dinas Perkebunan (Disbun) setempat. Menurut Kepala Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Sulut Refly Ngantung, kelapa merupakan salah satu komoditi ekspor, di mana harganya sangat tergantung mekanisme pasar dunia (Pasar Roterdam).
"Kami tidak bisa mengatur harganya karena harus melihat kualitasnya,” ujar Ngantung, Minggu (17/6).
Dia mendorong petani kelapa di Sulut untuk memerhatikan kualitas kopra agar memiliki daya saing (kompetitif).
Untuk itu, berbagai langkah diupayakan Pemprov Sulut seperti melatih petani kelapa sehingga kreatif menghasilkan produk turunan kelapa, yakni minyak goreng, VCO, arang aktif, kokopit dan produk lainnya.
“Kami juga memberikan bantuan alat pengasapan bagi petani kelapa melalui Kelompok Tani (Poktan) 10 unit setiap tahun di daerah sentra kelapa seperti di Minahasa, Minahasa Tenggara (Mitra), Minahasa Utara (Minut) dan Minahasa Selatan (Minsel),” ungkapnya.
Selain itu, membentuk korporasi di tingkat desa melalui LEM ( lembaga ekonomi masyarakat sejahtera) yang akan mempermudah akses pasar, modal, sarana produksi dan tekonologi.
“Ada juga bantuan alat pengolah hasil kelapa, seperti mesin pengolah minyak goreng dan mesin pengolah VCO,” pungkasnya.
Diketahui, harga kopra anjlok ini menjadi viral menyusul keluhan petani kelapa asal Minahasa Tenggara (Mitra), yang mengeluhkan harga kopra turun hingga Rp4000 per kilogram (kg) dalam bentuk surat terbuka di Grup Facebook Manguni 123/Tetengkoren Berguna. (esy/jpnn)