Hendra Berpesan untuk Pebulutangkis Pemalang
jpnn.com - PEMALANG - Menjadi juara dunia adalah mimpi yang dipatok Hendra Setiawan ketika memulai bergelut dengan bulutangkis. Perjuangan berat pun harus dilakoni demi merengkuh mimpi besar tersebut.
Lahir pada 25 Agustus 1984, Hendra adalah bungsu dari tiga bersaudara. Kedua kakaknya ialah Silvi Anggreeni dan Ivone Anggraeni . Hendra besar di tengah keluarga yang menyukai bulutangkis. Sang ayah Ferry Yugianto yang menikah dengan Kartika Christyaningrum adalah penggemar bulutangkis.
Awalnya, seperti anak-anak kecil pada umumnya, Hendra juga hanya ikut-ikutan sang ayah mengayunkan raket. Ketika usianya tujuh tahun, sang ayah akhirnya memasukkan Hendra ke klub Sinar Mutiara Tegal.
Namun, bukan berarti Hendra menjalaninya dengan mulus. Bersama sang ayah, Hendra harus menempuh perjalanan sejauh 60 km bolak-balik Pemalang- Tegal dengan sepeda motor. Itu dilakukannya tiga kali dalam sepekan. Hendra berlatih tiap Senin, Rabu dan Jumat.
Kecintaan Hendra terhadap bulutangkis memang sangat besar. Tak heran, meski sudah berlatih di Sinar Mutiara, Hendra masih menambah latihan di Gedung Serba Guna (GSG) Kridanggo di alun-alun Pemalang.
Ingin mengembangkan kemampuan, Hendra akhirnya memilih hijrah ke Jakarta. Dia bergabung di Jaya Raya Jakarta yang terus menaunginya hingga saat ini. Saat itu, Hendra baru duduk di bangku SMP.
Sadar dengan pendidikan yang tak boleh terbengkalai, Hendra melanjutkan sekolah di Sekola Atlet Ragunan. Pilihan bergabung di Jaya Raya ternyata tak salah. Kemampuan Hendra melesat. Beragam gelar terus ditorehkannya. Selain di level SEA Games dan Asian Games, Hendra juga berhasil mengunci gelar Olimpiade 2008. Hendra juga sukses merebut gelar Kejuaraan Dunia 2008 dan 2013.
“Pesan saya untuk anak-anak Pemalang yang menggeluti bulutangkis, mereka harus terus rajin berlatih. Sementara, yang di luar bulutangkis, mereka harus tetap semangat. Jadilah yang terbaik,” pesan Hendra. (jos/jpnn)