Hindari Kasus Germanwings Terulang, Kokpit Kini Diisi Dua Pilot
jpnn.com - BERLIN - Tim kejaksaan yang menyelidiki jatuhnya pesawat Germanwings bergerak cepat. Mereka langsung mendatangi rumah keluarga kopilot Andreas Gunter Lubitz, 28, dan flat yang dia huni bersama dengan pacarnya, Kamis (26/3) petang.
Beberapa barang disita. Namun, penyelidik menegaskan bahwa mereka belum menemukan motif Lubitz menabrakkan pesawat. Pemerintah Prancis juga telah meminta bantuan FBI untuk menyelidiki penyebab jatuhnya pesawat. (Baca: Inilah Hasil Rekaman Kotak Hitam Germanwings yang Senjaga Ditabrakkan)
"Semua sedang diselidiki," ujar Juru Bicara Kepolisian Duesseldorf Marcel Fiebig. Sejauh ini belum ada surat wasiat maupun ucapan selamat tinggal yang ditulis Lubitz sebelum kejadian. Satu-satunya yang terungkap ke permukaan adalah Lubitz menderita depresi berat sejak lama. (Baca: Kopilot Tabrakkan Germanwings ke Pengunungan Alpen karena Terlibat Masalah Ini)
Fakta baru itu membuat standar kelayakan terbang bagi pilot dan kopilot di Germanwings dipertanyakan. Sebab, ternyata sejak masa pendidikan, gejala depresi pada Lubitz diketahui. Ketika itu dia sempat dinyatakan tidak layak terbang.
Selama bekerja, Lubitz juga mendapat catatan agar diamati berkala. Pihak maskapai Lufthansa, yang mengoperasikan Germanwings, mengakui bahwa Lubitz seharusnya tidak layak menerbangkan pesawat. Namun, entah bagaimana dia bisa lolos.
Kasus jatuhnya pesawat dengan nomor penerbangan 4U9525 tersebut langsung dijadikan pelajaran oleh berbagai maskapai lain. Sejak Kamis lalu, beberapa maskapai langsung mengganti kebijakan. Yaitu, kedua pilot harus selalu berada di kokpit selama penerbangan. Dengan kebijakan baru itu, kasus kopilot mengunci diri di dalam kokpit dan menabrakkan pesawat seperti yang dilakukan Lubitz bisa dihindari.
Kebijakan dua pilot di dalam kokpit selama penerbangan tersebut diterapkan di Australia dan AS jauh hari sebelum jatuhnya Germanwings. Tetapi, di berbagai negara lainnya, tidak demikian.
Kanada adalah salah satu negara yang langsung mengadopsi aturan dua pilot di kokpit itu. Tiga maskapai di Kanada, yakni Air Canada, WestJet Airlines, dan Air Transat, dijadikan pionir. Kedua maspakai asal Jerman, Lufthansa dan Air Berlin, memberlakukan aturan serupa sejak Kamis. EasyJet milik Inggris baru memulainya Jumat (27/3).
Sementara itu, di lokasi jatuhnya pesawat, puluhan polisi dan tim keamanan bekerja keras mencari kotak hitam kedua yang hingga kemarin belum ditemukan. Kotak hitam yang masih hilang tersebut berisi rekaman data teknis penerbangan. Kepolisian menyatakan bahwa mereka mengumpulkan jenazah korban lebih dulu, baru mengurusi serpihan pesawat.
"Kami menggabungkan antara potongan tubuh dan contoh DNA untuk mengidentifikasi 150 orang yang tewas dalam penerbangan ini," ujar salah seorang polisi. (AFP/Reuters/NBC News/Daily Mail/sha/c14/ami/jpnn)