Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Hmm.. Ada yang Main-Main Harga di Pasar

Selasa, 31 Mei 2016 – 17:15 WIB
Hmm.. Ada yang Main-Main Harga di Pasar - JPNN.COM
Bawang merah. Foto: dok. Sumut Pos

SURABAYA - Operasi pasar yang diadakan Pemrpov Jatim selama tiga hari berturut-turut ternyata belum bisa menekan lonjakan harga sejumlah pangan.  Harga bawang merah melonjak. Di beberapa pasar bahkan ada yang sampai Rp 40 ribu per kilogram (kg). Padahal, jika mengacu standar Bulog, harga bawang merah Rp 25 ribu per kilogram.

Berdasar pantauan terakhir tim Pemprov Jatim, harga jual bawang merah di Jawa Timur saat ini rata-rata Rp 31 ribu. Khusus di Surabaya harganya cenderung lebih tinggi, yakni Rp 34 ribu-Rp 40 ribu. Harga jual yang beragam itu bergantung pada tempat kulak pedagang. "Bisa jadi karena stoknya kurang," ujar Gubernur Jatim Soekarwo.

Selain masalah lonjakan harga, Pemprov Jatim menemukan praktik permainan distribusi untuk membentuk harga mahal di pasaran. Permainan itu mengakibatkan bawang merah Bulog tidak laku di pasaran dan akhirnya busuk.

Soekarwo menjelaskan, untuk mengendalikan harga, awalnya Bulog membeli bawang merah dari petani dengan harga Rp 18 ribu per kg. Namun, upaya itu dibaca para pengepul yang sejak awal ingin memainkan harga. Mereka membeli bawang merah dari petani yang mau menjual dengan harga murah. Bahkan, para pengepul tersebut bisa membeli bawang kepada petani dengan harga Rp 11 ribu per kg.

Para pengepul itu lantas menjual bawang merah ke pasaran dengan harga Rp 14 ribu. Akibatnya, langkah stabilisasi yang dilakukan Bulog terganjal. Bawang merah Bulog tidak laku dan membusuk karena terlalu lama disimpan. Setelah stok di Bulog tipis, para pengepul membatasi suplai sehingga harga terus naik "Ini permainan yang ndak bagus. Harus segera ditertibkan," tegasnya.

Karena itu, pemprov dan aparat penegak hukum segera berkoordinasi untuk melakukan upaya pencegahan. Menurut gubernur, praktik tersebut berpotensi merusak tata niaga. Padahal, Pemprov Jatim sedang berupaya untuk menstabilkan harga barang kebutuhan pokok di pasaran.

Salah satu upaya yang ditempuh adalah membeli bawang merah dari petani hingga jumlahnya mencapai 300 ton. Harga beli tetap Rp 18 ribu. Dengan standar harga yang sudah ditetapkan itu, Soekarwo berharap bisa menemukan titik tengah dari harga beli bawang antara Pemprov Jatim dan pihak pengepul yang berusaha memainkan harga. "Business is war," ucapnya.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jatim M. Ardi Prasetiawan mengatakan, stok bawang merah Bulog busuk karena ada oknum yang menjual lebih murah di pasaran. Dia yakin itu terjadi lantaran ada pihak yang ingin memainkan harga bawang merah di pasaran dengan cara mematikan kompetitor. "Padahal, stok cukup. Seharusnya, harga sudah turun, tapi sampai sekarang masih tetap tinggi," terangnya.

Saat ini beberapa daerah di Jatim sudah panen bawang merah. Misalnya, di Nganjuk dan Probolinggo. Dia berharap panen itu bisa segera meredam lonjakan harga. Sebab, harga bawang merah sangat bergantung pada musim panen. "Bawang merah tidak dapat disimpan dalam waktu lama karena gampang busuk," jelasnya. (ant/c6/c7/fat/flo/jpnn)
 

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News