HNW Diminta Menilai Revolusi Mental dengan Hati
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Bamusi Nasyirul Falah Amru heran dengan pernyataan Wakil Ketua Dewan Syuro PKS Hidayat Nur Wahid yang mempermasalahkan kembali masuknya program revolusi mental dalam visi-misi Joko Widodo-Ma'ruf Amin. Menurut dia, masuknya revolusi mental tak bertentangan dengan janji kampanye petahana pada Pilpres 2014.
Pria yang akrab disapa Gus Falah ini menjelaskan, Revolusi Mental berakar dari narasi cinta tanah air, agar bangsa Indonesia hadir sebagai pelopor, berprestasi dan memiliki budi pekerti yang baik.
"Revolusi mental adalah fundamen di dalam upaya memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Revolusi mental bukan program jangka pendek lima tahunan. Program itu memerlukan jiwa dan rasa yang memahami amanat penderitaan rakyat," kata Gus Falah, melalui pernyataan tertulis kepada wartawan di Jakarta, Kamis (27/9).
Anggota Fraksi PDI Perjuangan di DPR RI itu menjelaskan, ukuran sukses program revolusi mental bukanlah soal rasa personal. Perlu cakupan yang lebih luas untuk melihat kesuksesan program tersebut.
Sebagai contoh, lanjut Gus Falah, penyelenggaraan Asian Games 2018 yang mendapat pujian dari dunia adalah salah satu bukti kesuksesan. Para atlet berlaga penuh semangat sebagai bangsa pemenang, masyarakat yang ramah pada kontingen negara lain, serta relawan yang bangga melayani.
"Revolusi Mental juga mengakar pada harkat dan martabat bangsa. Pak Jokowi menggelorakan itu. Pembukaan Asian Games yang penuh dengan tradisi kebudayaan itu adalah bagian Revolusi Mental," ujarnya.
Menurut Gus Falah, menjadi aneh jika Hidayat nampak tidak mendukung program revolusi mental. Padahal sebagai Wakil Ketua MPR RI, Hidayat seharusnya turut menyukseskan Revolusi Mental untuk Indonesia yang lebih baik.
"Dengan segala hormat untuk Hidayat Nur Wahid, bukalah mata hati dan pikiran, jika negara lain memuji bangsa kita, kenapa Anda tidak?" ucap Gus Falah. (dil/jpnn)