Honorer K2 Mogok Mengajar karena Kecewa dan Marah
jpnn.com, JAKARTA - Guru honorer K2 tetap melanjutkan aksi mogok mengajar meski muncul imbauan dari Ketum PB PGRI Unifah Rosyidi agar penyampaian aspirasi dengan cara seperti itu tidak dilakukan. Persiapan honorer K2 menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran pada 30 Oktober juga makin matang.
Koordinator Wilayah Forum Honorer K2 Indonesia (FHK2I) DKI Jakarta Nurbaiti mengungkapkan, mereka mogok mengajar dan menggelar aksi di jalan karena kecewa dan marah. Kekecewaan ini sudah di ambang batas hingga menimbulkan ketidakpercayaan terhadap pemerintah.
"Walaupun kami juga belum punya jaminan di pemerintahan yang akan datang nasib kami bisa berubah, tapi setidaknya besar harapan kami semua honorer diselesaikan di pemerintahan yang sekarang," kata Nurbaiti kepada JPNN, Kamis (25/10).
Harus berapa lama lagi honorer K2 bersabar. Harus berapa lama lagi honorer K2 mengalah dengan pelamar umum yang usianya 35 ke bawah. Fakta di lapangan, lanjutnya, tenaga honorer ada di setiap unit layanan pemerintahan.
"Kami berharap Presiden Jokowi bisa terbuka hatinya untuk honorer K2. Kami juga sudah berkontribusi kepada negara. Lihat saja kualitas guru muda di lapangan. Mereka tidak bisa menyelami hati siswa. Berbeda dengan kami yang tua, bisa menenangkan mereka," tuturnya.
BACA JUGA: Koordinator Honorer K2 Kalbar: Kami Mendukung Pak Prabowo
Di sekolah, guru tua yang jadi rujukan orang tua siswa. Mereka lebih senang anaknya diajari guru tua karena lebih sabar menghadapi aktifnya anak-anak.
"Silakan pantau di sekolah-sekolah dasar. Guru honorer tua yang lebih sabar mengajarkan anak biar bisa baca, tulis, dan menghitung. Sedangkan guru muda sekadar mengajar tanpa tahu apakah siswanya paham atau tidak. Kami memang tua tapi kaya pengalaman. Beda dengan guru muda, fresh graduate tapi miskin pengalaman dan kurang sabar membentuk karakter positif anak," papar Nurbaiti. (esy/jpnn)