Ibu Saeni: Saya Masih Waswas, Mau Pulang Kampung Saja..
jpnn.com - "Saya enggak sadar, nangis keluar warung. Cari-cari nomor telpon suami, tapi enggak ketemu. Saya merasa sudah enggak ada apa-apa lagi,"
KEN GIRSANG, Serang
IBU Saeni masih terbaring lemah di kasur lusuh, yang terletak di belakang warung makannya di Jalan Raya Cikepuh, Pasar Rau, Serang, Banten, Senin (13/6). Warung makan itulah yang selama enam tahun terakhir ini dikelolanya secara bergantian bersama keluarga demi memenuhi biaya hidup sehari-hari.
Di wajahnya masih terlihat jelas trauma mendalam, setelah sebelumnya berjuang seorang diri menyelamatkan sejumlah makanan dagangannya yang hendak dibawa petugas Satpol PP.
Saat itu memang Satpol PP sedang melakukan razia terhadap warung-warung makanan, yang buka siang hari di bulan Ramadan, Rabu (8/6) lalu.
Meski masih terlihat lemah, wanita 53 tahun ini tetap bersedia diwawancara sejumlah awak media massa. Dia terpaksa harus bangun dari tidurnya dengan ditemani suami tercinta.
"Badan saya rasanya masih sakit mas, masih waswas. Sejak kejadian itu sampai sekarang belum jualan lagi. Mau pulang kampung saja," ujar lansia yang akrab disapa Eni itu.
Ibu empat anak ini sangat trauma, karena baru kali ini mengalami hal itu. Ia seperti merasakan seolah-olah dunianya telah berakhir. Karena warung itulah satu-satunya sumber penghasilan keluarga.
"Saya baru datang Hari Minggu (5/6). Kami kan jualannya aplusan per tiba bulan. Nah saya pikir hari ketiga mau jualan. Itu (saat razia,red) baru beres-beres mau buka, datang (Satpol PP,red). Belum ada pembeli," ujarnya.
Meski belum buka, wanita asal Tegal ini mengakui, pintu warung tidak dikunci. Selain itu, warung juga belum dipasangi tirai penutup. Sehingga jika dilihat sekilas, terkesan warung memang terbuka karena etalasenya dari kaca.
"Di meja memang ada piring sisa makan kemarin, terus waktu saya angkat-angkat makanan (usai masak,red) ada orang masuk. Kayaknya mau meminta-minta gitu. Saat itulah petugas masuk. Dia bilang, ambil plastik, ambil plastik. saya berusaha menghalangi. Saya enggak sadar, nangis keluar warung. Cari-cari nomor telpon suami, tapi enggak ketemu. Saya merasa sudah enggak ada apa-apa lagi," ujarnya lirih.
Selain tak tahu ada larangan berjualan siang hari saat Ramadan, Saeni juga mengaku tak tahu kalau dagangan yang diamankan petugas bisa diambil Pukul 16.00 WIB. Bahkan pascakejadian, dagangannya yang diambil tidak dikembalikan.
"Saya pengin dengan kejadian ini selanjutnya baik-baik. Enggak seperti kemarin. Biar usaha kecil baik-baik saja," ujarnya.
Kini Saeni hanya pasrah. Di satu sisi, ia dan suami menghormati aturan yang ada. Namun di sisi lain, juga sangat berharap pemerintah memperhatikan nasib pedagang kecil.
Karena sehari-hari dari warteg berukuran sekitar 2x3 meter tersebut, mereka hanya mampu memperoleh penjualan sekitar Rp 250-300 ribu, dengan nilai keuntungan hanya berkisar Rp 25-30 ribu.
Saeni juga pasrah, karena sejak Minggu (5/6) hingga Senin (13/6) praktis mereka tidak memiliki penghasilan. Bahkan modal usaha juga habis, karena telah dibelanjakan untuk bahan makanan yang disita Satpol PP.
Untungnya, setelah video peristiwa penertiban warung dagangannya menjadi viral di dunia maya, sejumlah sumbangan mengalir.
"Dari Presiden Joko Widodo Rp 10 juta, terus dari yang rambutnya kribo yang orang Papua Rp 3,5 juta. Kemudian dari orang Prancis Rp 2 juta. Orang yang menemani warga Prancis juga ikut menyumbang Rp 300 ribu. Kemudian pak Mendagri. Uang sumbangan uang benerin badan, mau berobat. Mau urut, kurang tidur, karena bawaannya takut," ujarnya.
Saat ditanya terkait donasi bantuan yang digalang Dwika Putra, pemiliki akun Twitter @dwikaputra, Saeni mengaku sampai saat ini belum menerima donasi itu. Dari informasi yang beredar diperkirakan donasi yang terkumpul dari masyarakat telah mencapai Rp 265 juta.
"Sampai saat ini belum ada kabarnya, saya tunggu-tunggu dari kemarin. Katanya uangnya ada Rp 265 juta. Keluarga, cucu di Jawa (Tegal) sampai nelepon, katanya nenek masuk TV. Nanti uangnya buat beli baju, ongkos ke kampung, semoga cepat yah," ujar Saeni.(gir/jpnn)