IMF Kucurkan Rp 196 Triliun ke Ukraina
Untuk Bayar Utang ke Rusia dan Atasi Krisisjpnn.com - KIEV - Krisis finansial di Ukraina bakal segera teratasi. Negara yang tengah karut-marut tersebut menerima suntikan dana USD 17 miliar atau setara dengan Rp 196 triliun dari Dana Moneter Internasional (IMF). Bantuan kepada Ukraina itu disetujui 24 anggota IMF. Termasuk perwakilan dari Rusia.
Anggaran berupa pinjaman atau utang tersebut tidak dikucurkan langsung. Namun, anggaran itu diberi secara bertahap sekitar 2 tahun. Pencairan pertama adalah dana USD 3,2 miliar atau Rp 36,8 triliun.
Selain dari IMF, Ukraina sangat mungkin akan mendapat bantuan dari negara-negara Barat dan Bank Dunia. Besarnya mencapai USD 10"15 miliar.
Bantuan utang dari IMF tersebut diberikan karena negara-negara Barat ingin membantu Ukraina. Terlebih dalam hal finansial di bagian militer. Sebab, Kiev menyatakan tidak mampu berbuat apa-apa kepada para pemberontak di Ukraina bagian timur. Kapasitas tentara mereka terbatas. Karena itulah, para pemberontak terus mengambil alih berbagai gedung.
Para analis berpendapat, jika Rusia berniat menyerang Ukraina, negeri tersebut bisa dilumpuhkan dalam hitungan hari saja. Padahal, ketakutan terbesar negara-negara Barat dan Kiev adalah invasi Rusia.
Direktur IMF Christine Lagarde mengungkapkan, pinjaman itu tidak dikucurkan begitu saja. Pemerintah Kiev harus memperbaiki sistem perekonomian. Di antaranya, menaikkan harga BBM, pajak, dan upah pekerja. Saat mengajukan bantuan pada tahun lalu, Ukraina menaikkan harga BBM hingga 50 persen.
Bantuan IMF, terang Christine, juga bisa digunakan untuk membayar tunggakan kepada Rusia. Ukraina menunggak pembayaran gas USD 3,5 miliar atau Rp 40,3 triliun dari perusahaan Gazprom milik Rusia.
Rusia mengancam tidak mengirimkan gas kepada Ukraina dan beberapa negara Eropa bila seluruh tunggakan tersebut tidak dibayar. Masalah suplai gas itu dibahas Rusia, Ukraina, dan negara-negara Uni Eropa hari ini di Warsawa. Sebanyak sepertiga suplai gas di Uni Eropa memang berasal dari Rusia.
Sementara itu, pemberontak pro-Rusia kian berkuasa. Sebanyak 30-50 penegak hukum Ukraina ditahan di Slavyansk oleh pemberontak. Mereka juga menahan tujuh pemantau dari Organisasi Keamanan Eropa (OSCE).
Presiden sementara Ukraina menegaskan, seluruh tentaranya siaga berperang untuk menghadapi ancaman dari Rusia.
Di tempat terpisah, mantan perdana menteri Ukraina sekaligus kandidat Presiden Yulia Tymoshenko menuturkan bahwa Rusia telah memulai perang dengan Ukraina meski status perang tersebut tidak diungkapkan secara langsung. (AFP/AP/BBC/sha/c14/tia)