Inalum Bangun PLTA Rp 8,6 Triliun
jpnn.com - JAKARTA - PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) menargetkan bisa melipatduakan produksi hingga mencapai 500 ribu ton pada tahun 2019. Untuk mendukung upaya itu, Inalum akan membangun pembangkit listrik tenaga air (PLTA) dengan daya 600 mega watt (MW) di semester pertama 2015.
Kalau butuh 600 mega watt, hitung-hitungannya kurang lebih USD 750 juta (sekitar Rp 8,6 triliun). Ini kita prioritaskan karena produksi ingot (aluminium batangan) sangat tergantung dari besar arus yang kita gunakan, semakin besar kita punya semakin besar pula produksi," ujar Direktur Utama Inalum, Winardi usai bertemu Menteri Perindustrian kemarin (13/6).
Pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) diprioritaskan lantaran waktu pembangunan yang memakan waktu lama, yakni sekitar 36-40 bulan. Selama ini Inalum sudah memanfaatkan pembangkit listrik sendiri yang berkapasitas 600 MW untuk mengoperasikan pabrik."Untuk yang baru ini kita targetkan paling lambat bisa ground breaking di semester I tahun depan," ungkapnya.
Dari total investasi yang dibutuhkan itu, sekitar 35 persen akan menggunakan kas perusahaan dan sisinya dari pihak lain. Winardi menegakan bahwa pembangunan PLTA ini dilakukan agar target peningkatan produksi alumiunium ingot sebesar 500 ribu ton pada 2019 bisa tercapai."Saat ini kapasitas produksi baru 256 ribu ton pertahun," lanjutnya.
Dengan kapasitas produksi sebesar itu kuat arus yang digunakan mencapai 205 kilo ampere. Padahal desain pabrik awalnya hanya memerlukan 175 kilo ampere. Itu karena produksi telah melampuai target awal 254 ribu ton pertahun."Kita harapkan tahun ini produksi bisa kembali menigkat menjadi sekitar 260 ribu ton. Untuk itu perlahan daya listrik kita naikkan," sebutnya.
Dirjen Kerjasama Industri Internasional Kementerian Perindustrian, Agus Tjahajana mengatakan pemerintah siap memberikan insentif kepada Inalum terkait rencana investasi pembangunan PLTA. Apalagi hal itu digunakan untuk mendongkrak produksi."Tentunya ada (insentif), semua investasi baik itu asing maupun domestik kita perlakukan sama," tegasnya.
Insentif yang diberikan, kata Agus, bisa berupa pembebasan pajak impor mesin produksi. Pihaknya siap memperjuangkan insentif-insentif yang lain. Namun begitu, dia menegaskan bahwa Menteri Perindustrian meminta agar Inalum bisa bekerja lebih baik daripada ketika masih dipegang Jepang."Kinerja dan produksinya harus lebih baik dibanding dulu," jelasnya. (wir/mas)