Indonesia Didera Isu SARA, Surya Paloh Contohkan Dua Korea
jpnn.com, JAKARTA - Ketua Umum NasDem Surya Paloh menilai polemik tentang perang eksistensi politik lewat kaus #2019GantiPresiden dan #DiaSibukKerja telah mencederai kehidupan berbangsa. Surya pun meminta semua pihak merenungi fenomena tersebut.
"Sekarang lagi mabuknya dengan berbagai hashtag kaus #GantiPresiden, maka dikonter lagi dengan #PresidenSedangSibukBekerja'," kata Surya saat berpidato di acara hari ulang tahun (HUT) pertama Akademi Bela Negara (ABN) di Pancoran, Jakarta Selatan, Rabu (2/5).
Menurut Surya, hal tersebut tidak bisa dianggap sebagai dialektika romantika biasa. Sebab, mayoritas masyarakat belum mampu memahami perbedaan dalam mengekspresikan pendapat itu sendiri.
"Kita makin terbuang banyak energi untuk hal seperti ini. Dan inilah menjadikan pertaruhan kita. Sedangkan bangsa lain dari waktu ke waktu terus mengonsolidasikan kepentingannya," kata Surya.
Bos Media Group itu lantas mencontohkan pemimpin Korea Utara dan Korea Selatan yang bisa bertemu. Perdamaian antara kedua negara yang berseteru itu nyaris tak disangka masyarakat dunia.
"Kebijakan yang begitu membesarkan hati, bisa menjadi referensi yang bisa menjadi pembelajaran bagi kita. Tetapi kita masih berkutat di masalah sehari-hari kita, konsumsi utama masih isu SARA," kata Surya.
Isu SARA, menurut Surya, menjadi andalan utama untuk memenangi kompetisi politik. Karena itu, lanjutnya, Indonesia sulit untuk berkembang.
"Kita harus mau berubah, pemahaman masyarakat kita masih amat mudah terprovokasi akan hal yang amat mengenaskan dan memalukan hati kita," jelas Surya.(tan/jpnn)