Ingat, Jangan Pernah Melontarkan Kata Nakal Pada Anak
jpnn.com, SURABAYA - Pemilihan kata sangat penting dalam menyampaikan maksud. Termasuk dari orang tua kepada anak. Karena itu, sejak dini orang tua jangan pernah melontarkan kata kasar pada buah hati, seperti “kamu nakal” atau kata-kata negatif lain. Ucapan tersebut akan selalu mereka ingat.
Bertempat di Food Junction Grand Pakuwon, puluhan orang tua awal pekan lalu mengikuti seminar bertema Izinkan Aku Nakal yang diselenggarakan TK Ananda. Dalam acara itu, orang tua diajak untuk bisa lebih menghargai apa yang dilakukan anak.
Ketua Himpunan Pendidik dan Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) Kota Surabaya Agus Setiono menyatakan, orang tua sering menyebut anak nakal karena tidak menuruti keinginannya. Padahal, anak kerap melakukan sesuatu karena tidak tahu.
Agus mencontohkan saat anak memecahkan sebuah vas bunga. Tindakan tersebut tidak bisa dikatakan nakal. Sebab, vas itu bisa jadi pecah lantaran anak tidak tahu bahwa tempat bunga tersebut bisa pecah. ''Itu pentingnya pendampingan orang tua,'' jelasnya. Dia juga mengingatkan bahwa anak usia dini tidak boleh sering dilarang saat melakukan sesuatu, tetapi diberi pemahaman.
Anak sering bertindak karena penasaran dengan apa yang belum diketahui. Jika dilarang, dia akan melakukannya secara diam-diam. Hal itu malah lebih berbahaya. Misalnya, saat anak ingin bermain korek api, jangan dilarang, tetapi berikan wawasan bahwa api itu panas dan akan terluka kalau kena kulit.
Selain itu, menyebut anak nakal bisa membuatnya minder. Orang tua sering tidak menyadari bahwa yang mereka lakukan sangat berdampak bagi buah hatinya. Agus memberikan contoh lain. Tindakan yang bisa membuat anak rendah diri adalah membandingkan kemampuan mereka dengan temannya yang punya prestasi lebih baik.
Orang tua berpikir bahwa tindakan itu akan memotivasi anaknya. Padahal, tindakan tersebut bisa membuat anak down dan terbebani. Dalam aktivitas sehari-hari, dia akan kepikiran dengan ucapan orang tuanya. ''Kemampuan anak itu berbeda,'' tegas Agus. Begitu juga bakat dan tingkat kreativitasnya.
Dalam kondisi tersebut, orang tua harus memahami bakat anaknya. Jangan sampai hanya karena mengikuti tren lantas memaksa anak-anak melakukan kegiatan yang diinginkan orang tua.
Salah satu peserta seminar Linda Astuti mengatakan, apa yang dipaparkan Agus memang menjadi hal yang lumrah dilakukan. Sebab, dia tidak tahu bahwa tindakannya bisa membuat anaknya down. Perempuan 33 tahun itu menyatakan akan mengevaluasi diri sendiri untuk pendidikan anaknya. ''Ini sangat bermanfaat,'' ucapnya kemarin.
Sementara itu, Ketua Penyelenggara Acara dari TK Ananda Subianti menuturkan, setelah kegiatan tersebut, dirinya berharap para orang tua bisa lebih memahami cara mendidik dan menghargai anak dengan benar. (omy/c15/any)