Ini Hasil Otopsi Pembunuhan Singa 'Michael'
jpnn.com - POLRESTABES Surabaya terus mendalami kematian tak wajar yang dialami singa Afrika penghuni Kebun Binatang Surabaya (KBS) di kandangnya Senin (6/1). Kini korps baju cokelat itu terus mengumpulkan bukti siapa pembunuh singa yang sebelum mati masih dalam kondisi fit itu.
Kemarin, sekitar pukul 14.30, Direktur Operasional PDTS KBS Liang Kaspe datang ke Mapolrestabes Surabaya. Perempuan berkacamata itu datang bersama Kepala Kesehatan Hewan KBS Rahmat Suharta untuk memenuhi penggilan Unit Tindak Pidana Tertentu (Tipidter) Satreskrim Polrestabes Surabaya.
Ditemui sebelum menjalani pemeriksaan itu, Liang dan Rahmat buka suara soal hasil otopsi kematian singa bernama Michael. Si raja singa berusia 17 bulan tersebut mati dengan kondisi paru-paru kekurangan oksigen. Kondisi itu disebut apoxia. Selain itu, tak ada kerusakan lain pada organ dalam singa tersebut. Itu menandakan singa tersebut tidak mati karena sakit. "Selain paru-paru, organ lainnya baik-baik saja," kata Rahmat.
Jika dirunut asal usul dari singa itu, pihak KBS menduga kematian singa tersebut berkaitan dengan polemik yang kerap terjadi di KBS. Jadi, singa itu merupakan hewan yang diberi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jatim pada April 2013. "Memang berasal dari BKSDA," ujar Humas KBS Agus Supangkat.
Liang menambahkan, singa tersebut memang sangat berharga untuk KBS. Sebab, singa masih muda dan sangat cocok untuk menjadi indukan atau bisa untuk mengembangbiakkan singa KBS. "Singa ini memang berharga," paparnya. (idr/git/jun/mas)