Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Inilah Kronologi Ibu Guru Meninggal Usai Operasi Caesar

Selasa, 17 Desember 2013 – 01:30 WIB
Inilah Kronologi Ibu Guru Meninggal Usai Operasi Caesar - JPNN.COM

jpnn.com - KENDARI - Selama 36 jam, Juniati Fitria berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abunawas, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). Pasien berusia 29 tahun itu berhasil melahirkan anak pertamanya dengan operasi caesar.

Bayi laki-laki seberat 3,6 kilogram pun keluar dari rahimnya setelah mendapat bantuan medis karena tak bisa melahirkan secara normal. Namun, Minggu (15/12) dini hari pukul 00.30 Wita, Juniati menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ia meninggal dunia setelah terjadi pendarahan hebat.

Kedua orangtua Juniati, Kasim Samata dan Ibunya Harnani kepada Kendari Pos (JPNN Group) mengisahkan, pada Jumat (13/12) lalu sekitar pukul 19.00 Wita, Juniati masuk ke RSUD Abunawas untuk melahirkan anak pertamanya. Niat awal, proses persalinan akan dilakukan secara normal, namun itu tak sesuai harapan. Sebab, tim dokter setempat memutuskan untuk melakukan operasi caesar setelah tanda-tanda persalinan normal tidak ada.
   
Sebelum dilakukan operasi, keluarga telah menerima pelayanan yang kurang baik. Saat masuk RSUD sekitar pukul 19. 00 Wita, hingga pukul 00.00 Wita, Juniati hanya satu kali mendapat perawatan, itupun hanya dari bidan praktek. Padahal, almarhum terus meringis kesakitan.

Sabtu (14/12) pukul 06.00 Wita juga hanya sekali dijenguk bidan. Orangtua almarhum mengaku, minta ruangan VIP, tapi pihak RS mengatakan fasilitas itu penuh sehingga dimasukan ke ruang isolasi.     
   
"Anak saya ingin melahirkan normal, tapi hasil pemeriksaan dokter tidak bisa, karena ketubannya tak pecah-pecah padahal sudah waktunya melahirkan. Jadi Sabtu itu, pukul 08.00 Wita, diputuskan untuk operasi caesar. Saat itu kondisinya sangat sehat dan siap untuk operasi. Lalu pukul 11.00 Wita, Fitria masuk dalam ruang operasi”," kisah  Harnani.
   
Sekitar pukul 12.45 Wita, operasi dinyatakan selesai oleh dokter yang menangani, Dewa Putu, Sp.OG. Lalu almarhumah keluar dari ruangan operasi dalam kondisinya sehat dan dibawa  ke ruang ICU. Termasuk bayi laki-lakinya seberat 3,6 kg dinyatakan sehat dan normal.
   
Pukul 15.00 Wita, istri Muh. Firdaus tersebut dinyatakan siuman.  Saat itulah Juniati langsung melihat buah hatinya.
   
Saat siuman itu,  tidak ada dokter dan bidan di tempat itu yang melakukan perawatan. Lagi-lagi tinggal calon bidan praktek dari sejumlah perguruan tinggi di Kota Kendari. Jadi hanya diberikan cairan infus tanpa perawatan intensif.

Pukul 20.00 Wita,  suhu badan Juniati panas dan menggigil karena terus merasa kesakitan pada bagian perut bekas operasinya. Keluarga pun panik dan mencari dokter yang menangani, namun tak ada di tempat.
   
"Saat itulah, darah terus keluar namun bidan praktek hanya membersihkan darah. Ini kemungkinan juga kehabisan darah karena tiga lapis sarung dan seprei basah dengan darah. Tapi dokter yang menangani (Dewa Putu) tidak juga datang-datang," kesal Kasim Samata, dibenarkan Ridwan, keluarga almarhum sebagai saksi di temui di RS Abunawas malam itu.
   
"Dalam kondisi kesakitan, anak saya sempat bicara bahwa pelayanan rumah sakit ini sangat buruk. Dokter tidak bagus melayani dan menangani saya," begitu kata almarhumah seperti dituturkan ulang oleh ayahnya.
   
Sekitar pukul 00.30 Wita, keluarga sudah habis kesabaran karena terus mendapat janji, dokter Dewa Putu akan segera datang, sehingga keluarga mulai mengamuk. Para bidan baru terbangun setelah mendengar teriakan keluarga, karena kondisi almarhumah yang sudah kritis. Para bidan menurut kata Kasim, langsung berlarian mengambil alat oksigen untuk bantuan pernapasan.
   
“Anak saya sudah sekarat, baru dibawa di ruang ICU lagi. Tapi tidak lama, sekitar pukul 01.00 Wita dini hari, meninggal dan kami sangat terpukul karena ulah dokter yang tidak bertanggungjawab pada pasiennya. Jadi kami akan proses hukum, karena ini merupakan malpraktek," geramnya, sambil menangis.
   
Sejam kemudian dokter Dewa Putu baru muncul di rumah sakit dan sempat melihat pasiennya yang sudah tak bernyawa. Sekitar pukul 02.00 wita, almarhum langsung dibawa menggunakan mobil ambulance ke rumah duka di Perumahan Dosen Universitas Halu Oleo  Kendari Blok X. (cr3/awa/jpnn)

KENDARI - Selama 36 jam, Juniati Fitria berada di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Abunawas, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra). Pasien berusia

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News