Jadi Cawapres Jokowi, Sosok Golkar dan Setnov Harus Diyakinkan
jpnn.com, JAKARTA - Pakar komunikasi politik dari Universitas Paramadina Hendri Satrio mengatakan, ada keuntungan yang bakal didapat Joko Widodo jika menggandeng Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto (Setnov) sebagai calon wakil presiden (cawapres) pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019.
Menurut Hendri, keuntungan yang diperoleh Jokowi adalah bisa mendapat suara dari para pendukung Golkar. Pasalnya, selama beberapa kali Pemilihan Legislatif, Golkar mendapatkan suara yang cukup besar.
"Karena tiga kali pileg, suara golkar 14-15 persen. Itu angka loyalitas pendukung Golkar. Jadi, kalau Pak Jokowi-Setnov, salah satu keuntungannya itu, ada loyalis dari Partai Golkar," kata Hendri kepada JPNN.com, Sabtu (27/5).
Namun, Hendri mengatakan, pada saat Pilpres 2014, suara Golkar terpecah. Ketika itu, ada yang mendukung Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
"Jadi, kalau ada yang bilang Setnov cocok (jadi cawapres Jokowi), bukan hanya sosok Setnov yang harus diyakinkan kepada masyarakat, tapi sosok Golkarnya juga," ucap Hendri.
Sebelumnya, politikus muda Partai Golkar Ahmad Doli Kurnia menyodorkan nama Setnov sebagai cawapres untuk mendampingi Jokowi.
Menurut Doli, Setnov layak menjadi pendamping Jokowi karena menduduki kursi ketua umum Golkar. Kemudian, dengan lolosnya berkali-kali Setnov dari jeratan hukum, menunjukkan bahwa dia adalah orang yang sangat kuat dan bisa lolos karena mampu membangun komunikasi politik yang sangat baik dan kedekatan yang sangat erat dengan Jokowi.
Hal itu menunjukkan ada chemistry yang nyambung dan kuat antara Jokowi dan Setnov, yang sangat diperlukan bagi pasangan capres-cawapres. (gil/jpnn)