Jajanan Sekolah Masih Banyak Formalin-Boraks
jpnn.com - SURABAYA - Dinas Kesehatan (Dinkes) Surabaya sejatinya telah mempunyai agenda rutin menyidak jajanan di sekolah. Kini sidak kian diintensifkan lantaran semakin banyak zat berbahaya yang ditemukan pada jajanan sekolah, terutama di SD.
Bahkan, temuan terakhir, banyak jajanan sekolah yang mengandung formalin dan boraks. Karena itu, pihak sekolah diminta untuk membantu mengawasi penjualan jajanan.
Kepala Dinkes Surabaya Febria Rachmanita menyebut, jajanan yang paling banyak mengandung formalin adalah pentol atau cilok. Beberapa kali, saat sidak bersama BPOM Surabaya, pihaknya menemukan kandungan zat berbahaya tersebut.
"Bayangkan saja, boraks itu untuk bahan pembuat detergen, tapi sering dicampur untuk bikin pentol dan dikonsumsi anak-anak," cetusnya.
Selain boraks, ada formalin yang banyak ditemukan pada es cendol maupun aneka jenis kerupuk. Formalin sendiri sering dipakai untuk bahan perekat kayu lapis. Tak jarang sebagai bahan untuk mengawetkan mayat. Karena itu, kewaspadaan pada jajanan sekolah perlu ditingkatkan.
Febria mengatakan, sejatinya dinkes rutin mengadakan sidak ke sekolah. Jika sebelumnya enam bulan sekali, kini sidak dilakukan sebulan sekali. Bersama puskesmas, dinkes menyisir secara acak sekolah-sekolah yang berpotensi menjadi sasaran penjualan jajanan dengan bahan berbahaya.
Namun, kata dia, sering kali setelah dinkes mengambil sampel jajanan, esoknya penjual makanan tersebut sudah tidak ada. Dinkes pun tidak bisa menindaknya. "Penjualnya kabur. Sampel harus dibawa dulu untuk diuji. Kami tidak bisa menindak tanpa menguji sampel jajanan terlebih dahulu," ungkap Plt RSUD dr Soewandhie itu.
Beberapa penjual yang terbukti menjual jajanan dengan bahan berbahaya pernah dikumpulkan untuk dibina. Dinkes, kata dia, memang tidak bisa serta-merta menindak. "Sebab, itu bukan kewenangan kami. Kalau di luar negeri, sanksi seperti ini sangat tegas karena membahayakan kesehatan," ungkapnya.
Yang pasti, dinkes sudah mengirim surat edaran kepada seluruh kepala SD di Surabaya agar mengawasi penjualan jajanan di sekolah. Untuk jajanan di dalam sekolah, dinkes berani menjamin aman. Namun, penjual di luar sekolah masih perlu diawasi.
Sering kali sekolah bersama dinkes mengumpulkan para penjual untuk menyosialisasikan bahaya bahan-bahan tambahan seperti formalin, boraks, dan pewarna buatan. Sebab, kadang penjual tidak tahu bahaya penggunaan bahan-bahan tersebut. Mereka pun perlu diedukasi.
Menurut Febria, cukup banyak juga penjual yang dibina sehingga akhirnya mereka sadar akan kesehatan. Makanan yang dijual pun diupayakan lebih higienis. Bahannya juga tidak sembarangan.(kit/c7/nw)