Jangan Lantas Tutup Gerbang bagi Pengungsi Syria
jpnn.com - DUGAAN bahwa seorang pelaku serangan di Paris adalah anggota ISIS yang menyamar menjadi pengungsi membuat banyak negara Eropa waswas. Sebab, saat ini ribuan orang dari Syria datang setiap hari untuk mencari suaka di Eropa. Tak terkecuali di Prancis.
Beberapa negara berencana menutup gerbang bagi para pengungsi Syria. Misalnya, Polandia dan Slovakia. Dua negara itu menyatakan bahwa serangan di Paris membuat penduduk di negara mereka resah jika harus menerima pengungsi muslim dari Syria.
Padahal, mereka harus menerima kuota pengungsi sesuai dengan kesepakatan negara-negara Uni Eropa (UE) beberapa waktu lalu.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Komisi Eropa Jean-Claude Juncker meminta negara-negara Uni Eropa supaya tidak bereaksi terhadap teror di Prancis dengan menolak para pengungsi. Sebab, para penyerang adalah pelaku kriminal, bukan pengungsi yang sesungguhnya.
''Kita tidak boleh mencampuradukkan kategori orang-orang yang datang ke Eropa. Orang yang bertanggung jawab terhadap serangan di Paris adalah kriminal, bukan pengungsi maupun pencari suaka,'' tegas Juncker saat menghadiri konferensi G20 di Antalya, Turki, kemarin (15/11).
Juncker menambahkan bahwa dirinya akan berbicara dengan negara-negara yang berupaya mengubah kesepakatan kuota pengungsi karena tragedi di Prancis itu. Menurut dia, kesepakatan yang sudah ada tidak perlu ditinjau kembali. Negara-negara UE harus mau menerima pengungsi sesuai dengan kuota yang sudah disepakati bersama.
''Mereka yang merancang dan melakukan serangan adalah orang-orang yang sama yang mengakibatkan para pengungsi ini melarikan diri (dari negaranya, Red), bukan sebaliknya,'' tegas dia.
Krisis pengungsi itu juga menjadi salah satu topik utama dalam pertemuan G20. Gara-gara serangan di Paris, keamanan dalam pertemuan G20 dilipatgandakan. Acara hiburan seperti tarian ditiadakan sebagai bentuk solidaritas terhadap korban. (AFP/ITV/sha/c10/tia)