Jepang Genjot Industri Manufaktur di KTI
jpnn.com - MAKASSAR -- Rencana menggenjot investasi industri di Kawasan Timur Indonesia (KTI) tengah digalakkan pemerintah Jepang. Melalui Kementerian Luar Negeri-nya, sejumlah perusahaan asal Negeri Sakura tersebut sedang didorong membangun industri manufaktur di KTI.
Hal itu disampaikan Konsulat Jenderal Jepang di Makassar, Masaki Tani, saat berkunjung di redaksi Harian FAJAR (Grup JPNN.com), Senin (30/6). Dia mengungkapkan, industri yang paling berpeluang dibangun di KTI, antara lain, pengolahan kakao, kopi, ikan tuna, serta industri manufaktur lainnya.
"Misi kami saat ini adalah memperkuat hubungan Jepang dengan Indonesia, khususnya di Kawasan Timur. Kita akan mengundang pengusaha-pengusaha Jepang, termasuk investor menengah dan kecil kesini," ujar Masaki Tani.
Menurut dia, upaya tersebut merupakan salah satu bagian dari kebijakan pemerintah Indonesia yang sedang mendorong hilirisasi industri berbagai komoditas ekspor di Indonesia. Termasuk upaya pemerintah dalam rangka memperluas sebaran pembangunan industri ke luar Jawa.
Jepang merespons keinginan tersebut, dengan mendekatkan industri-industri ke Indonesia. "Kita memperkuat dan mempercepat pembangunan industri ini. Jadi perusahaan Jepang nanti tidak lagi mengekspor barang-barang jadi ke sini. Tapi kita dorong, agar investor ini membangun industrinya di Sulawesi ini," ujarnya.
Tani mencontohkan, perusahaan Jepang, PT Toarco Jaya Coffee, misalnya, yang sudah mempraktikkan pengolahan tersebut selama hampir 40 tahun terakhir. "Toarco ini sudah berinvestasi hampir 40 tahun mengolah kopi Toraja. Dan kopi jenis Toraja ini menjadi yang paling mahal di Jepang," ujarnya.
Dia juga mengungkapkan, komoditas Kakao asal Sulsel, diminati masyarakat di beberapa Kota di Jepang, salah satunya Kyoto.
Menurut dia, sumberdaya alam dan manusia di KTI, khususnya Sulawesi Selatan, sudah cukup baik.
"Hanya saja, masih membutuhkan sentuhan teknologi, dan manajemen dalam pengolahannya," ujar dia.
Saat ini, karena budget pemerintah Jepang cenderung terbatas, maka yang diharapkan adalah pemanfaatan dana-dana perusahaan swasta asal Jepang, ke Sulsel.
Dia juga menjelaskan, melalui JICA (Japan International Cooperation Agency), pihaknya sedang membangun kerja sama akademik dengan Universitas Hasanuddin, dalam rangka mengkaji peluang strategis investasi perusahaan asal Jepang ke Indonesia.
"Rencana Agustus atau September, kerja sama ini mulai diwujudkan," ujar dia. Tani mengaku belum memastikan agenda mendatangkan investor-investor Jepang tersebut. Namun, pihaknya sedang menjajaki. (sbi/ars)