Jualan Suvenir Omzet Rp 286,7 Juta per Bulan, Wow!
Simpel alasan yang disampaikan para kenshusei: setiap tahun banyak orang Indonesia yang pergi ke Jepang dan pasti mencari suvenir untuk oleh-oleh saat pulang.
”So, mengapa saya tidak coba ide itu? Apalagi dengan harga yang lebih murah daripada di toko lainnya. Pasti pembeli, terutama dari Indonesia, akan belanja banyak ke toko saya,” bebernya.
Agus memang dekat dengan kenshusei. Sebab, sejak belum punya anak, dia dan istrinya sudah kerap membantu kenshusei.
Bahkan, di akhir pekan, rumahnya yang terletak tidak jauh dari toko mereka selalu ramai didatangi kenshusei.
Kebanyakan di antara mereka datang untuk belajar bahasa Jepang kepada Hiroko. Mereka akan mendatanginya lebih banyak lagi saat mendekati masa-masa ujian bahasa atau Nihongo Noryoku Shiken.
Tidak hanya memberikan ide, para kenshusei didikan Agus juga membantunya, mulai mengecat toko, menata dekorasi toko, sampai mempromosikan kepada orang-orang Indonesia yang datang ke Jepang untuk mampir ke JSS. Saat kembali ke tanah air, mereka juga membeli suvenir di toko Agus tersebut.
Hanya, diakui Agus, tidak mudah awal-awal ketika dirinya membuka toko itu. Sebenarnya, JSS buka pada Agustus 2013.
Tapi, lantaran persoalan administrasi perizinan yang rumit di Jepang, toko tersebut baru buka Oktober 2013 atau mundur dua bulan.