Juru Rias Minta Kahiyang Ayu Puasa dan Salat Tahajud
Harini pun memutuskan ikut ”kelas” yang diadakan Pawiyatan Keraton. Tiga kali dia mengikuti babaran atau pembukaan kelas.
Yakni babaran 2, 8, dan 11. Kini Pawiyatan Keraton sudah memasuki babaran 30-an. ”Baru lolos yang (babaran) 11. Karena sebelumnya saya masih sibuk di kantor,” ungkapnya.
Di kelas itu Harini mempelajari banyak hal tentang adat Jawa, khususnya Surakarta. Mulai menjadi pamuwicara alias membawakan acara dengan bahasa Jawa inggil. Hingga tata rias.
Harini juga mengambil kelas tata rias beragam riasan pengantin dari daerah lain di Nusantara lewat sekolah tata rias yang dibuka dinas pendidikan kala itu. ”Rumit, karena harus ngapalin banyak paes (tata rias),” kenangnya.
Yang tersulit bagi Harini adalah paes ala Keraton Jogjakarta dan Surakarta. ”Dua itu dan riasan pengantin Bali. Banyak detailnya, sementara kalau Bali, sesajinya banyak,” papar Harini.
Debutnya pun dilakoni pada 1989. Dari awalnya hanya untuk mengisi waktu luang, layanan riasnya berkembang sampai bertemu dengan banyak klien dari kalangan pejabat.
Dia pernah merias untuk pernikahan anak pertama Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo. Juga beberapa artis.
”Ya nggak hafal satu per satu. Cuma, yang saya ingat, paling jauh dari Palembang. Masih temannya Pak Jokowi,” lanjutnya.