Kalimantan dan Sumatera Dikepung Hotspot, Tercatat 1456 Titik
jpnn.com - JAKARTA - Hotspot di Pulau Kalimantan dan Sumatera terus meningkat. Berdasarkan pantauan satelit MODIS (Terra dan Aqua), hotspot di dua pulau tersebut tercatat 1456 titik sampai Senin (15/9).
Di Kalimantan terdiri, di Kalteng 630, Kalbar 268, dan Kalsel 74. Sementara di Sumtaera masing-masing, di Sumsel 281, Riau 94, Kepulauan Bangka Belitung 53, Jambi 48, dan Lampung 8 titik.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugorho mengatakan asap di Kalimantan mengarah ke arah timur laut menuju pusaran siklon Kalmaegi. Sedangkan di Sumatera angin menuju ke utara dan timur laut sehingga asap dari Sumsel menyebar ke wilayah Riau.
"Bahkan asap dari Riau dan Sumsel menyebar ke Singapura sehingga menyebabkan Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) di Singapura dan sebagian Malaysia naik menjadi sedang (moderate)," kata Sutopo dalam keterangan tertulisnya kepada JPNN.com, Senin (15/9).
Sutopo menjelaskan sebagian besar penyebab kebakaran adalah dibakar di areal kebun dan hutan. Upaya penanganan kebakaran hutan dan lahan terus dilakukan. BNPB telah mengerahkan 7 helicopter water bombing untuk memperkuat BPBD dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan.
Sementara di Riau, ditempatkan 1 helicopter Bolco dan 1 Sikorsky untuk water bombing. 300 personil TNI dan Polri dikerahkan memadamkan titip api. Manggala agni dan relawan juga terlibat pemadaman. Di Sumsel, 3 helicopter yaitu Bolco, MI-8, dan Kamov beroperasi. BPBD berkoordinasi dengan instansi terkait melakukan pemadaman dengan mengerahkan 120 personil.
Di Kalteng dilakukan pemadaman udara dengan helicopter MI-8, sedangkan di darat tim gabungan dari BPBD, TNI, Polda, BMKG, Dinas Kehutanan, Manggala Agni, dan relawan terlibat dalam pemadaman. Di Kalbar dengan helicopter Bolco dan pemadaman di darat.
Puncak kemarau diperkirakan hingga Oktober 2014 sehingga potensi kebakaran akan makin meluas jika tidak ada pengendalian. Berdasarkan data tahun 2006-2014, pola hotspot di Sumatera dominan terjadi pada pertengahan Juni-Oktober, sedangkan di Kalimantan pada Agustus-Oktober.
"Puncak hotspot adalah bulan September-Oktober. Daerah-daerah yang terbakar adalah lahan gambut yang sulit dipadamkan," pungkas Sutopo. (awa/jpnn)