Kasus Fahri Hamzah Berpotensi jadi Masalah Besar bagi PKS
JAKARTA – Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengingatkan PKS untuk tidak menggunakan aksi saling pecat dalam menyelesaikan pertikaian antarkader. Jika ini dilakukan, menurut Siti, akan memberi peluang terjadinya ketidakpuasaan.
Dikatakan, kalau ketidakpuasan muncul maka akan memunculkan ketidakpuasan lain yang bisa dijadikan celah bagi kekuatan luar untuk mengintervensi.
"Kalau ada aksi saling pecat, maka akan muncul ketidakpuasan dan akan menimbulkan ketidakpuasan lain dan ini akan menjadi lubang yang bisa dimanfaatkan kekuatan lain untuk mengintervensi. Makanya saya bisa katakan sekarang, hati-hati," kata Siti Zuhro, di Jakarta, Selasa (12/1).
Para elit PKS, lanjutnya, harus insaf bahwa masyarakat sudah mengapresiasi partai bernapaskan Islam ini sebagai partai yang relatif solid dan bersatu-padu. Meski selama ini tidak tertutup kemungkinan adanya faksi-faksi, tapi di luar orang melihat PKS sebagai partai yang kompak.
Kalau ini tidak bisa dipertahankan dan PKS tidak bisa memainkan politik yang harus diayun-ayun, kapan harus kritis, kapan tidak perlu kritis, kata Siti, “Maka ini akan jadi masalah besar untuk PKS.”
"Masyarakat bisa melihat tidak pernah ada kegaduhan dalam proses pergantian kepengurusan PKS selama ini. Dalam kasus tertangkapnya Presiden PKS dalam kasus sapi impor pun, PKS terlihat solid. Soliditas ini yang selama ini senantiasa menjadi kekuatan PKS. Publik tidak suka jika menyaksikan partai berkonflik. Jadi saya ingatkan jangan ada pecat-memecat kalau bukan karena alasan pelanggaran hukum. Kalau hanya karena alasan politik, mainkan saja mengayun," sarannya.
Dia mengingatkan agar PKS siap menghadapi pilkada serentak 2017 dan juga menghadapi pemilu 2019.
"Kalau belajar dari partai yang tidak berada di kekuasaan yang merasa terancam untuk diintervensi, maka seharusnya yang dilakukan PKS adalah merapatkan barisan," paparnya. (fas/jpnn)