Ke Xiao Gang, Desa Pelopor Kemakmuran Petani Tiongkok (2)
Mati Bersekongkol Lebih Baik daripada Mati LaparSenin, 13 April 2009 – 06:45 WIB
Tiap malam Yan menyampaikan analisisnya itu kepada para tetangga. Dia tahu risikonya yang berat. Apalagi kalau sampai ada satu orang saja di desa itu yang menjadi kaki tangan pihak penguasa. Pasti Yan sudah dilaporkan sebagai orang yang melakukan subversi. Untungnya, mayoritas penduduk di situ masih memiliki hubungan keluarga. Lebih separo bermarga Yan.
Tapi, tidak ada pilihan bagi Yan. Ancaman mati kelaparan terlihat di mana-mana. Semua orang dalam keadaan kurus, lunglai, dan kekurangan gizi. Demikian juga seluruh penduduk Desa Xiao Gang. Kenyataan itulah yang membuat Yan meneguhkan diri untuk mengambil risiko.
Namun, Yan sungguh orang yang bijaksana. Dia mencari istilah yang kelihatannya tidak menentang kebijaksanaan negara, tapi sebenarnya menentang juga. Yan ingin tanah di situ dibagi-bagi menjadi 20 petak dan masing-masing KK bertanggung jawab atas petak ''milik''-nya. Masing-masing juga harus bertanggung jawab menyerahkan hasil panen sesuai dengan target negara, lalu dikumpulkan seolah-olah sebagai hasil komunal. Yan menginginkan hasil panen jauh di atas target itu sehingga masing-masing masih bisa memperoleh kelebihan dari target negara untuk diambil sendiri.