Kecewa Sama CLS, Dimaz Muharri Bikin Surat Terbuka
Pada 2019, dua tahun sudah berlalu dari 2017, tawaran untuk bermain basket profesional kembali datang ke saya, dari Louvre Surabaya. Saya yang rindu basket, dan kondisi keluarga yang membaik, membuat saya mengambil kesempatan ini. Walau kemudian Pandemi COVID-19 datang dan liga dihentikan pada Maret 2020. Saya memutuskan kembali berhenti bermain.
Di masa pandemi yang sulit ini, CLS Knights kembali beraksi. Mereka menuntut saya membayar sebesar Rp 393.600.000 karena saya bermain basket kembali untuk Louvre di 2020, tahun yang sudah lewat dari kontrak terakhir kami. Kemudian baru saya sadar bahwa dalam surat tersebut tidak dituliskannya batasan tahun sama sekali. Namun, bagaimana bisa kontrak kerja berlaku seumur hidup? Apakah kalau berkesepakatan dengan CLS Knights artinya mengikat hingga ujung usia? Dan yang makin menyedihkan, kalau saya tidak membayar uang tersebut, mereka menggugat supaya dapat menyita rumah saya di Surabaya dan rumah warisan almarhum Bapak saya di Binjai.
Saya menuliskan ini bukan hanya untuk menyampaikan kekecewaan yang mendalam atas klub yang sudah saya bela dan harumkan namanya bertahun-tahun. Tapi juga ingin menunjukkan betapa lemah posisi pemain basket profesional di negeri kita. Teman-teman bisa melihat betapa sering pemain tidak punya suara atas nasibnya. Bahkan, tidak ada badan khusus yang bertugas membantu membela kasus pemain basket seperti saya. Kini, kasus gugatan terhadap saya sedang berjalan di Pengadilan Negeri Surabaya.
Saya berharap kasus saya ini menjadi pelajaran untuk seluruh atlet dan calon atlet profesional Indonesia. Saya berharap kasus ini menjadi kasus terakhir seorang atlet profesional diperlakukan semena-mena. Untuk yang akan menandatangani kontrak, perhatikan betul apa hak dan kewajiban kalian. Hati-hati atas permainan kata dalam kontrak kerja atau surat lainnya. Maaf, tapi jangan hanya percaya pada kekeluargaan. Karena ujungnya bisa mengarah pada gugatan ajaib.
Sebelum saya menutup tulisan ini, saya ingin bercerita kembali tentang keluarga saya. Pada 2016, Muma kembali mengandung. Kemudian, di usia kandungan Muma yang ke tujuh bulan, kembali terjadi masalah. Yang saya syukuri, saya bisa ada di sisi Muma, mendampingi istri saya setiap hari selama masa mengandung, hingga akhirnya kami bisa bersama-sama memutuskan menjalankan kelahiran prematur. Pada 7 Mei 2017, lahir anak kami Naqasamy Akio Muharri. Kini, Alhamdulillah, Akio menjadi anak yang sehat. Usianya sudah empat tahun. Dan dia sudah bisa meniru gaya saya setelah membuat poin, hasil nonton dari YouTube.
Setiap Bapak dan Ibu (termasuk pihak-pihak di CLS Knights) pasti tahu betapa bahagianya menjadi orang tua. Maka kalau ada yang bertanya, apakah saya menyesal memilih meninggalkan basket pada 2015 untuk fokus kepada keluarga, jawaban saya masih lantang: Saya tidak menyesal.