Kehidupan Warga Indonesia di Christmas Island, Pulau Tanpa Virus Corona
"Karena kami pikir it's very safe [sangat aman]. The community is great dan dekat [satu sama lain]. Kalau punya keluarga, anak-anak bisa belajar sama alam karena ada crab migration, swimming with whale shark, pergi ke kapal."
Rencana jangka panjang Safira ini sudah menjadi kenyataan bagi Mona Foster, warga Indonesia kelahiran Medan yang sudah hampir 10 tahun tinggal di pulau tersebut.
Setelah menikah di tahun 2012, Mona bersama suaminya yang berasal dari Perth, tinggal di Christmas Island dan dikaruniai seorang anak enam tahun kemudian.
"Saya dulu orang kota, yang saya suka di sini itu aman," kata Mona yang sudah menjadi warganegara Australia sejak 2014.
"Saya pernah [tanpa sengaja] meninggalkan uang $1,000 ketika mau pergi liburan, dan ketika saya kembali, uangnya masih ada di dapur sana."
Mona mengaku jika ia tidak pernah mengunci pintu bila bepergian ke luar rumah lama ataupun sebentar.
Pandangan Mona ini juga dimiliki mayoritas warga di sana, bila melihat survei yang dilakukan pada 139 warga komunitas Christmas Island pada tahun Juni dan Agustus 2018.
Menurut survei tersebut, 43 persen warga menyukai Christmas Island karena alasan 'peaceful, safe, freedom' atau damai, aman, dan bebas, diikuti 33 persen dengan alasan 'multicultural'.