Kejutan Bernama Spotlight, Tumbangkan Film Lain
LOS ANGELES - Berstatus kuda hitam, film Spotlight sukses membuat kejutan. Film ini merebut kategori paling bergengsi The Oscars. Adaptasi kisah nyata berbujet sekitar USD 20 juta (setara dengan Rp 267,4 miliar) tersebut dinobatkan sebagai Film Terbaik dalam perhelatan di Dolby Theatre, Los Angeles, Minggu malam waktu setempat atau kemarin pagi WIB.
Spotlight mengalahkan The Revenant yang sebelumnya difavoritkan juara. Kemenangan film yang disutradarai Tom McCarthy itu mendapat tanggapan beragam. Pada awal peluncurannya, Spotlight hanya diproyeksikan sebagai film festival. Film itu rilis perdana pada Festival Film Venesia, 3 September lalu.
Label festival tidak membuat review film yang dibintangi Michael Keaton itu jatuh. Film soal investigasi para jurnalis harian The Boston Globe tentang pelecehan seksual yang dilakukan para pastor tersebut meraup ulasan positif dari beragam situs. Di IMDb, nilainya setara dengan The Revenant di angka 8,2.
''Film tersebut punya alur bak cerita detektif,'' ucap A.O. Scott, kritikus untuk New York Times.
Sementara itu, kritikus The Atlantic David Sims mengungkapkan, alur cerita Spotlight bagai roller coaster emosi buat para penontonnya.
The Revenant maupun Spotlight punya pesona masing-masing. Dalam The Revenant, sutradara Alejandro G. Innaritu menampakkan sisi ''purba'' manusia yang amat kuat
''Sedangkan Spotlight kebalikannya. Ceritanya klasik dan penuh perasaan,'' ungkap editor hiburan Guardian, Peter Bradshaw.
Dia menegaskan, dua film itu sangat kontras dan tidak bisa dibandingkan satu sama lain. Dari sisi bujet, keduanya bak bumi dan langit. The Revenant dibuat dengan bujet fantastis yang mencapai USD 135 juta (sekitar Rp 1,8 triliun). Sementara itu, Spotlight yang juga menang Skenario Orisinal Terbaik hanya menelan sepertujuhnya.
''Kemenangan Spotlight membuktikan pena masih lebih kuat ketimbang hal-hal yang kita takutkan,'' tegas editor berita politik The Boston Globe Stephanie Ebbert.
Spotlight menjadi film bertema jurnalistik pertama yang memenangi Film Terbaik Oscars. Sebelumnya beberapa film jurnalistik masuk nomine film terbaik, namun kalah. Yakni, pada 1977 adaAll The President's Men dan Network serta sebelumnya pada 1942 ada Citizen Kane.
"Film kami memberi ruang para survivor bersuara. Dan Oscars menggaungkannya lebih keras lagi. Semoga bisa menjadi paduan suara yang bergema sampai ke Vatikan," kata produser Spotlight Michael Sugar dalam pidatonya. "Paus Fransiskus, ini saatnya melindungi anak-anak dan mengembalikan keyakinan," imbuhnya. (fam/c6/ayi/flo/jpnn)