Kekuatan Janji Pernikahan Bagi Seorang Shirley Margaretha
jpnn.com - Shirley Margaretha bersyukur akhirnya bisa lulus dari ujian yang diberikan Tuhan. Setelah satu tahun, suaminya sembuh dari sakitnya. Tentu itu tidak secara otomatis memulihkan kondisi keuangan keluarga mereka. Sebab, masalah lain muncul. Sebagian memori sang suami hilang.
Dia tidak mampu mengingat kejadian yang pernah dialaminya. ”Dia ingat orangnya, tapi lupa cerita apa saja yang pernah dialaminya. Kata dokter, suamiku kehilangan sebagian ingatannya,” terang Shirley tanpa merinci apa yang sebenarnya diderita suaminya.
Namun Shirley percaya, itu semua kuasa Tuhan yang harus dijalaninya. Dengan sabar dia membimbing dan mendampingi suaminya bangkit untuk memulai kembali kehidupannya yang sempat tenggelam bersama penyakitnya. Shirley terus memotivasi suaminya agar bisa bangkit.
”Secara fisik, Rey sudah baik. Dia bisa beraktivitas seperti biasanya, hanya memang banyak yang dia lupa,” tuturnya. Sekitar dua tahun setelah sembuh, Rey akhirnya bisa memulai usaha kembali. Selama itu pula Shirley dan Rey harus menguras tabungan mereka.
Di saat tabungan mereka hampir habis, Rey mampu memulai usahanya sebagai konsultan IT bersama teman-temannya. Perekonomian mereka secara perlahan kembali stabil. ”Puji Tuhan, sekarang ekonomi keluarga sudah membaik. Kami bisa hidup cukup, bisa tinggal di tempat yang layak, dan menyekolahkan anak di tempat terbaik,” tuturnya.
Kini 11 tahun sudah Shirley menjalani biduk rumah tangga bersama Rey. Selama itu suka duka mereka lalui bersama. Shirley kuat menghadapi cobaan dari Tuhan karena niat awal mereka saat akan menikah. ”Sejak awal kami niat menikah karena Tuhan. Karena itu, saat Rey jatuh, aku yang harus menguatkan,” ucapnya.
Kini, Shirley masih menikmati perannya sebagai istri dan ibu rumah tangganya. Memang ada keinginan untuk kenbali menekuni dunia hiburan. Namun, karena sang suami belum mengizinkan, Shirley menurut.
”Anak kedua kami belum bisa mandiri. Dia masih nempel banget sama aku. Jadi, Rey tidak setuju bila aku meninggalkannya untuk bekerja. Sedang anakku yang besar juga butuh perhatian, karena sedang dalam masa transisi,” bebernya. (naomi/heni/nyata/jpnn)