Kelas Jadi Gudang, Murid Pindah ke Perpustakaan
jpnn.com - NGAWI – Ironis. Hanya gara-gara sekolah tidak memiliki gudang barang bekas, ruang kelas III SDN I Bangunrejo Lor, Pitu, beralihfungsi. Belasan murid terpaksa mengikuti kegiatan belajar-mengajar (KBM) di perpustakaan. Mereka harus berbagi ruang dengan pengunjung perpustakaan di sekolah yang dekat dengan Pasar Sonde itu.
Tidak heran jika murid merasa tidak nyaman dan kurang konsentrasi belajar di ruang sempit tersebut. ’’Rasanya nggak nyaman karena berdesak-desakan. Kelasnya juganggak berkeramik,’’ celetuk Dyah Ayu Tri Susanti, salah seorang siswi di kelas itu Jumat (2/5).
Pinki –sapaan akrab Dyah Ayu Tri Susanti–mengaku mulai menempati kelas darurat tersebut sejak tahun ajaran baru 2013–2014. Awalnya, ruang kelas III berada di seberang jalan dengan jarak sekitar 100 meter. Namun, karena ruang kelas itu kini difungsikan menjadi tempat barang-barang kesenian, murid pindah belajar di perpustakaan. ’’Dulunya di seberang sana, trus dipindah ke sini,’’ ungkapnya.
Salah seorang guru yang enggan disebutkan namanya menyatakan, alasan kelas dipindah karena sekolah membutuhkan tempat untuk menyimpan kerajinan dan barang bekas. Sebab, sekolah dengan 145 murid tersebut tidak memiliki gudang. Jika tidak disimpan di ruang tertutup, khawatir barang-barang itu hilang. Kelas III sengaja dipindah karena jumlah muridnya sedikit, yakni 12 orang. ’’Sebab, kalau barang-barang itu hilang, sekolah diminta bertanggung jawab. Ya, akhirnya terpaksa,’’ ujarnya.
Selain itu, alasan ruang kelas III dipindah karena tempatnya jauh dari lokasi lain. Guru kelas mengaku kurang nyaman mengajar di kelas yang terpisah. Sebab, dia tidak bisa bersosialisasi dengan guru lain. ’’Di sana sendirian. Tidak ada temannya,’’ tambahnya.
Kepala UPT Dinas Pendidikan (Dindik) TK/SD Kecamatan Pitu Kasno menampik bahwa ruang kelas III tersebut dialihfungsikan menjadi gudang. Pemanfaatan untuk menyimpan barang-barang itu hanya sementara.
Ada sisa material bangunan proyek rehabilitasi ruang kelas yang harus diamankan. Sebab, barang-barang tersebut belum diajukan untuk dihapus dari aset ke DPPKA Ngawi. ’’Sekolah takut barang-barang itu hilang. Apalagi daerah di situ rawan pencurian,’’ jelasnya.(pra/yup/JPNN/c19/bh)