Keluarkan Perintah Harian, Megawati Minta Kader Jaga Kewaspadaan
jpnn.com - JAKARTA - Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri hari ini (11/7) mengeluarkan surat perintah harian sebagai respon atas perkembangan pasca-pemilu presiden. Dalam surat itu, Megawati memerintahkan kader-kader partainya agar tidak larut dalam suka cita kemenangan versi quick count yang diperoleh pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla, sekaligus meningkatkan kewaspadaan untuk mengawal proses rekapitulasi manual.
Megawati menegaskan, Pemilu Presiden Tahun 2014 merupakan wujud nyata kedaulatan rakyat dalam menentukan pemimpin nasional. Menurutnya, proses pemilu telah dilaksanakan dengan aman dan damai.
Namun, Megawati juga mengingatkan pentingnya menjaga suasana tetap kondusif sehingga proses rekapitulasi hasil penghitungan suara dapat dilakukan dengan benar, jujur, adil dan terbebas dari segala bentuk kecurangan. Untuk itu, Megawati meminta kadernya mengawal proses rekapitulasi berdasarkan dokumen otentik C1.
“Terus kawal proses rekapitulasi hasil penghitungan suara secara berjenjang dari PPS, PPK, KPU kabupaten/kota, KPU Provinsi hingga KPU. Libatkan seluruh anggota, kader partai, simpatisan, dan para relawan untuk mengawal suara rakyat,” tulis Megawati dalam perintah hariannya.
Presiden RI kelima itu juga memerintahkan kader-kader PDIP tetap menjaga disiplin, ketenangan dan kewaspadaan, serta membantu aparat keamanan dalam menjaga suasana aman dan damai. “Bersikap tenang dan jaga ketertiban hukum,” tegasnya.
Megawati mengingatkan, sejarah sudah mencatat bahwa PDIP dalam suasana genting sekalipun selalu mengedepankan ketaatan pada hukum. Meski demikian ia juga mengatakan, PDI Perjuangan tidak pernah mentolerir terhadap segala bentuk intimidasi dan kekerasan.
“Atas dasar hal tersebut, marilah kita tingkatkan kewaspadaan nasional, termasuk terhadap kemungkinan adanya oknum atau orang yang memakai seragam kampanye kotak-kotak atau seragam Partai untuk melakukan hal-hal yang tidak diinginkan. Hal tersebut mungkin saja terjadi, sebagai upaya membangun persepsi bahwa gangguan atas rasa aman tersebut seolah-olah berasal dari kita,” pungkasnya.(ara/jpnn)