Kemenpar-Garuda Pikat Otoritas Bandara KL untuk Perluas Akses ke Indonesia
Lantasm mengapa ngotot mengejar dukungan konektivitas udara ke Indonesia? Mengapa juga harus diarahkan ke Bandara Internasional Soekarno Hatta?
“Karena kita butuh banyak tambahan seats capacity. Dan sejak 2016, Bandara Internasional Soekarno Hatta sudah memiliki Terminal 3 Ultimate dan sarana pendukung lainnya. Karenanya dipandang perlu untuk mempromosikan Bandara Internasional Soetta ke maskapai penerbangan internasional melalui kegiatan ini,” tambah Pitana.
Soal konektivitas udara, Indonesia memang menghadapi problem superserius. Namun, itu bukan berarti kiamat. Masih ada banyak
kementerian dan lembaga lain yang ikut membantu mengurai persoalan ini.
Kemenhub, Kemen-PUPR, Kemen BUMN, Kemen LHK, Angkasa Pura I dan II, Airnav, perusahaan airlines, serta pemda yang concern dengan pariwisata, semua bekerja keroyokan. Semua ikut gotong royong dengan semangat Indonesia Incorporated: for Better Tourism Connectivity. “tidak ada pilihan lain, kita harus mencari jalan terbaik menuju ke sana!" ungkapnya.
Kebetulan, benchmarking-nya sudah ada. Contohnya bisa mengarah ke Jepang yang sukses mancapai target pertumbuhan double growth.
Target durasi yang dipatok 10 tahun, tercapai 4 tahun. Dan semua itu, bisa tercapai lantaran sukses mengembangkan air connectivity.
Jepan juga melakukan deregulasi berupa membebaskan visa kunjungan singkat dari originasi China dan ASEAN sejak 2013 hingga membangun low cost carrier (LCC) yang mendorong lebih banyak wisatawan mengunjungi Negeri Sakura itu.
Hasilnya, Japan National Tourism Organization (JNTO) mencatat jumlah wisman ke Jepang naik 47 persen pada 2015.