Kemiskinan Paksa Warga Rusia Jadi Serdadu Bayaran di Syria
Keberadaan Tak Diakui Negara SendiriKeluarga itu tinggal di kota kecil Kedrovoye. Kemiskinan membuat mereka melakukan apa saja untuk memperbaiki hidup. Termasuk bergabung dengan Wagner.
Perusahaan tersebut menawarkan gaji yang tinggi. Karena itu, total ada tujuh penduduk di kota tersebut yang tergabung dengan kelompok tentara bayaran itu.
Biasanya, anggota Wagner merupakan pensiunan anggota militer. Namun, Ruslan Gavrilov sama sekali tidak memiliki pengalaman kemiliteran. Dia bahkan tidak pernah mengikuti pengecekan medis.
Sebelum berangkat ke Syria, para serdadu bayaran itu dilatih di Krasnodar. Gavrilova pun sama sekali tidak memiliki gambaran bahwa putranya bakal dijadikan tentara bayaran. Dalam bayangannya, dia akan melakukan pekerjaan lain, entah apa itu, di Syria.
Sejatinya prajurit bayaran adalah hal ilegal di Rusia. Tapi, keberadaan Wagner dan peran mereka di Syria selalu ditutup-tutupi. Tujuannya satu. Yakni, pemerintah Rusia bisa menekan korban jiwa dari prajurit mereka yang asli. Sebab, kematian anggota Wagner tidak akan tercatat di data korban perang Syria.
Awalnya Rusia bungkam terkait insiden Coneco itu. Tapi, akhirnya mereka mengakui bahwa ada lima warga mereka yang tewas dan mereka bukan anggota militer.
Penduduk lain yang bergabung dengan Wagner adalah Alexander Potapov. Dia pernah ikut dalam perang di Chechnya. Bapak dua anak itu memuja Presiden Rusia Vladimir Putin. Dia ikut ke Syria bersama Gavrilov Oktober tahun lalu.
”Dia tidak punya pilihan,” ujar Yevgeny Berdyshev, saudaranya. Potapov sudah menua dan punya luka pascaperang. Dia sulit mendapat pekerjaan. (sha/c10/dos)