Kenaikan Omzet Pusat Perbelanjaan Tak Setinggi Lebaran 2013
jpnn.com - JAKARTA - Imbas melambatnya laju pertumbuhan ekonomi tahun ini juga dirasakan para pengelola pusat perbelanjaan atau mall. Meski omzet menjelang Lebaran tahun ini naik, namum kenaikannya tidak setajam Lebaran tahun lalu.
Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Handaka Santosa mengatakan, omzet atau penjualan selama periode Lebaran tahun ini diperkirakan hanya naik 10 persen dibanding omzet Lebaran. 'Kenaikan 10 persen ini konservatif, lebih rendah dari kenaikan tahun lalu yang mencapai 15 persen,' ujarnya saat dihubungi Jawa Pos kemarin (27/7).
Handaka mengakui, kenaikan omzet 10 persen dibanding omzet Lebaran tahun 2013 itupun dicapai dengan berbagai upaya promosi maupun diskon besar-besaran. Dia menyebut, kenaikan penjualan di pusat perbelanjaan tahun ini tidak setinggi tahun lalu karena daya beli masyarakat yang naik tipis. "Dugaan saya, ini karena suku bunga kredit sedang tinggi. Jadi, masyarakat yang punya beban cicilan atau angsuran rumah atau kendaraan harus membayar lebih tinggi. Itu yang diprioritaskan dulu," katanya.
Meski demikian, CEO Senayan City Mall ini mengatakan jika omzet selama periode Puasa dan Lebaran biasanya naik sekitar 50 - 100 persen dibanding omzet pada bulan-bulan biasa. Selain karena minat belanja yang lebih tinggi, hal itu juga dipicu oleh berbagai program promosi. "Di beberapa mall, laporan kenaikan omzet sampai dua kali lipat dibanding penjualan normal," ucapnya.
Menurut Handaka, periode Lebaran memang selalu digunakan pedagang di mall untuk melakukan obral diskon besar-besaran. Selain untuk menarik minat belanja, juga dimaksudkan untuk cuci gudang, sehingga produk-produk baru bisa di-display atau dipasang. "Jadi, ini sudah agenda rutin tahunan semua pedagang di mall," ujarnya.
Ketua Pengurus Harian Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Sudaryatmo menilai, meski berbagai pusat belanja menawarkan diskon besar-besaran, masyarakat selaku konsumen harus tetap rasional dalam melakukan pembelian. Sebab, terkadang konsumen membeli barang-barang yang sebetulnya kurang begitu diperlukan hanya karena iming-iming diskon. "Yang penting, konsumen harus tahu prioritas kebutuhannya apa saja," katanya.
Sudaryatmo menambahkan, konsumen harus jeli melihat barang-barang yang didiskon, terutama untuk produk makanan. Sebab, lanjut dia, ada kemungkinan barang-barang yang didiskon tersebut sudah mendekati masa kadaluarsa. Sehingga jika tidak berhati-hati, konsumen bisa memborong bahan makanan, namun sebagian diantaranya akan masuk kadaluarsa sebelum sempat dikonsumsi. "Karena itu, konsumen harus jeli memelototi tanggal kadaluarsa," ucapnya.
Lalu, mungkinkah harga produk dinaikkan terlebih dahulu sebelum didiskon, Handaka menegaskan, anggota APPBI dilarang keras melakukan praktek curang tersebut. Karana itu, dia meminta kepada konsumen yang menemukan praktek tersebut agar melaporkan pengaduan ke nomor 021-25535002. "Kami di APPBI selalu memonitor setiap program yang diselenggarakan anggota," katanya. (owi)