Ketika Duterte dan Obama Minta Maaf
jpnn.com - MANILA - Rodrigo Duterte, pemenang pemilihan presiden (pilpres) Filipina, dan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dalam waktu hampir bersamaan meminta maaf kepada pemimpin negara sahabat atas kemalangan warganya.
Kemarin (26/5) Duterte mengaku baru saja meminta maaf pada Perdana Menteri (PM) Kanada Justin Trudeau atas kasus John Ridsdel. Dia menyampaikan permintaan maaf itu saat pemimpin tampan asal Kanada itu meneleponnya untuk memberikan ucapan selamat atas kemenangannya dalam pilpres. ''Saya katakan kepadanya, 'Pak PM, terimalah permintaan maaf saya atas insiden itu,''' ujarnya.
Dalam jumpa pers di Kota Davao tersebut, Duterte meminta maaf kepada Trudeau pada Selasa (24/5). Tidak hanya minta maaf, politikus 71 tahun itu juga berjanji mencegah insiden seperti itu terulang lagi.
Ridsdel adalah warga Kanada yang disandera militan Abu Sayyaf, kelompok teroris yang berpusat di Filipina. Bulan lalu militan yang bersarang di sisi selatan Pulau Sulu itu memenggal kepala Ridsdel. Gara-garanya, sampai batas waktu, Abu Sayyaf tidak juga menerima uang tebusan yang diharapkan. Kepala Ridsdel lantas dimasukkan ke kantong plastik dan dilemparkan ke halaman Balai Kota Jolo.
Sementara itu, Obama yang sedang menghadiri pertemuan G7 di Kota Tokyo, Jepang, pun memanfaatkan momentum tersebut untuk berdamai dengan PM Shinzo Abe. Pada Rabu waktu setempat (25/5), presiden keturunan Kenya itu meminta maaf atas kasus pembunuhan oleh serdadu AS di Pangkalan Udara Kadena di Prefektur Okinawa. ''Dari lubuk hati saya yang paling dalam, saya turut berduka dan sangat menyesalkannya,'' tutur Obama. (AP/CNN/hep/c14/any/flo/jpnn)