Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kinerja Kang Emil dan Bu Risma Juga Dinilai Belum Baik

Senin, 25 April 2016 – 18:05 WIB
Kinerja Kang Emil dan Bu Risma Juga Dinilai Belum Baik - JPNN.COM
Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri Sumarsono. Foto: Ken Girsang/jpnn

jpnn.com - KULON PROGO - Daerah-daerah dengan kepala daerah populer ternyata belum jaminan memiliki kinerja terbaik. Sebut saja misalnya Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama, Wali Kota Bandung Ridwan Kamil dan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. 

Hal tersebut terlihat pada penghargaan yang diberikan pemerintah pusat pada puncak peringatan Hari Otonomi Daerah ke 20 yang dilaksanakan di Kulon Progo, Yogyakarta, Senin (25/4). Tak terlihat ketiga daerah tersebut sebagai daerah peraih penghargaan Satyalancana Karyabhakti Praja Nugraha, maupun peraih penghargaan Tanda Kehormatan Parasamya Purnakarya Nugraha. 

"Jadi yang di sosmed (sosial media,red) bagus, belum tentu bagus," ujar Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri  Sumarsono, Senin (25/4).

Menurut Sumarsono, tim penilai beranggotakan 17 orang yang berasal dari setiap kementerian. Penilaian dilakukan berdasarkan kerja-kerja formal. Bukan hanya berdasarkan sosial media atau tingkat popularitas.

"Jadi sosmed itu salah satunya saja. Misal, pak Ahok (Gubernur DKI,red), pasti melejit menurut teman Ahok, tapi belum tentu oleh pemerintah. Jadi kalau dia populer tapi malas buat laporan dan tidak mengikuti aturan akuntabilitas, ya sama saja enggak dapat," ujarnya. 

Menurut Sumarsono, dari 542 daerah yang dinilai, 40 persen di antaranya meraih nilai tinggi dan sangat tinggi. Artinya kinerja cukup baik. Sementara 60 persen lainnya dnilai kinerjanya rendah, kurang dan sangat kurang. Sayangnya saat ditanya di urutan berapa DKI, Surabaya dan Bandung, Sumarsono mengaku tidak hafal satu persatu. 

"Penilaian ini penting, sehingga ke depan fokus (pemerintah,red) pada (daerah yang nilainya rendah,red) bisa ditekan untuk didorong agar meningkat. Yakni dengan meningkatkan kapasitas. Jadi ukuran-ukuran penting untuk mengetahui apa yang kurang dan mana yang akan didongkrak," ujar Sumarsono. (gir/jpnn)

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News