Kini Saatnya Penerbit Koran Bersatu Hadapi Duopoli Google dan Facebook
Tapi, pada saat menghadapi kekuatan Google dan Facebook, ternyata News Media Alliance pun seolah tak berdaya. Tanpa restu pemerintah, News Media Alliance memang akan terbentur undang-undang antimonopoli.
Hanya saja, upaya News Media Alliance untuk membujuk Kongres AS bukanlah hal mudah. Saat ini Kongres AS dikuasai Partai Republik yang terlibat hubungan kurang baik dengan media.
Industri pers AS pun makin putus asa. Dalam sebuah tajuk rencana di Wall Street Journal edisi Minggu (9/7), CEO News Media Alliance CEO David Chavern mengatakan bahwa selain ancaman dari Google dan Facebook, Presiden AS Donald Trump pun tanpa henti mendelegitimasi dan melemahkan pers.
“Satu-satunya cara bagi penerbit untuk bisa menghadapi ancaman yang tak terelakkan ini adalah dengan bersatu,” tulis Chavern. Usulannya adalah menggunakan undang-undang antimonopoli untuk mengisolasi Google dan Facebook dari kekuatan pasar.
Sebagai rujukan adalah Uni Eropa yang pernah mendenda Google hingga USD 2,7 miliar atas dasar tuduhan penyalahgunaan penguasaan pasar. Merujuk pada opini Chavern, keputusan Uni Eropa biasanya bisa melintasi Atlantik dan diadopsi hingga AS.
Penerbit surat kabar memang menjadi pihak pertama yang menyadari perlunya berdamai di antara sesama kompetitor untuk menghadapi Google dan Facebook. Kini, perjanjian untuk berbagi iklan pun makin marak di kalangan penerbit koran di AS.
Mereka merasa perlu kompak untuk menghadapi musuh kelas berat, termasuk mengatur transparansi dalam pengitungan iklan digital, penempatan iklan di web, hingga bagaimana cara menghindari kecurangan. Marc Pritchard, chief marketing officer Procter & Gamble -perusahaan pengiklan terbesar dunia- pun menganggap masa-masa untuk memberikan umpan bagi iklan digital sudah berakhir.
“Ini saatnya untuk tumbuh. Ini saatnya untuk beraksi,” ujarnya dalam pertemuan Association of National Advertisers pada Januari lalu.