Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Kisah-Kisah Pemilik Resto Khas Indonesia di Berlin (1)

Lodeh Jadi Menu Favorit, Laris Manis saat Musim Dingin

Selasa, 16 Juni 2015 – 00:00 WIB
Kisah-Kisah Pemilik Resto Khas Indonesia di Berlin (1) - JPNN.COM
Ronald Christian. Foto: Diar Chandra/Jawa Pos

”Apalagi setelah ada sertifikasi halal dari pemerintah, pengunjung muslim semakin menunjukkan respeknya kepada kami. Alhamdulillah, kami menikmati rezeki yang ada saat ini,” sebut suami Diah Widianingsih itu.

Mengenai harga makanan di Tuk Tuk, kisarannya adalah EUR 8 sampai 50. Sajian termahal berupa nasi tumpeng dengan jenis lauk-pauk mencapai sepuluh jenis.

Salah seorang pengunjung setia Tuk Tuk asal Jerman Jens Tippenhauer menyatakan sudah menjadi pelanggan mulai bertahun-tahun lalu. Tippenhauer yang sering datang bersama rekan dan famili mengatakan, sayur lodeh Tuk Tuk paling enak.

Cerita soal restoran Indonesia lainnya adalah Mabuhay. Mabuhay saat ini dijalankan pasangan suami istri Jerman dan Indonesia Michael-Lisa Goering. Seperti halnya pada Tuk Tuk, Michael dan Lisa adalah pemilik kedua restoran yang berada di 28 Koethener Strasse tersebut.

Sebelumnya Mabuhay adalah usaha patungan orang Filipina dan Indonesia yang didirikan pada era 2000-an. Kemudian, setelah diambil alih Michael dan Lusi dengan cara dibeli pada 2012, ada penambahan nama di papan nama warung makan, yakni Mabuhay - Indonesian Food.

”Langkah lain yang dilakukan agar menjadi seutuhnya masakan Indonesia adalah menghilangkan menu-menu Filipina atau Chinese food yang tadinya mendominasi daftar pilihan menu yang ada,” jelas Michael.

Michael yang aslinya pegawai Kementerian Keuangan Jerman memandang bisnis kuliner itu sebagai usaha sampingan yang menyenangkan. Tak mematok target berapa ribu euro yang didapat per bulan, Michael punya target lebih, yakni mengenalkan kuliner Indonesia kepada orang Jerman.

”Resto kami yang terletak di kawasan perkantoran dan mes mahasiswa perkuliahan selalu penuh sesak. Tapi, musim dingin mungkin yang terpadat. Lihat, kami sampai membangun ruangan lain di luar bangunan yang sekarang,” beber Michael sambil menunjuk sebuah tenda berbentuk rumah berukuran 3 x 4 meter di depan Mabuhay. (*/bersambung/c9/end)

Diplomasi kuliner. Demikian para pemilik warung bercita rasa Indonesia mengumpamakan aktivitas mereka di Berlin, Jerman. Dengan menu Nusantara yang

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close