Kisah Sukses Seorang Penjual Koran di Sorong, Sekolahkan Anak Hingga Sarjana
jpnn.com - JERIH payah Alexander Humoen berbuah manis. Loper koran Radar Sorong itu berhasil menyekolahkan anaknya hingga menjadi seorang sarjana.
Dia sangat bersyukur, walaupun hanya dari menjual koran, tapi anak pertamanya, Fiona Fransiska Korain yang kuliah di Universitas Victory, Sorong, Papua Barat, diwisuda Jumat (18/12) lalu.
Alex, panggilannya, sudah menjadi loper koran Radar Sorong 15 tahun. "Saya ingin buktikan bahwa penghasilan kami sebagai loper koran, meskipun satu koran itu upah kami Rp.1000, namun mampu membiayai anak kuliah dan menjadi sarjana di Universitas Victory. Saya hanya masyarakat biasa tetapi dengan kesabaran dan ketabahan akan tantangan yang saya alami. Saya juga bersyukur kepada Tuhan yang maha kuasa bahwa karena memudahkan semua itu bagi saya. Dengan adanya cita-cita dan perjuangan saya selama ini, perjuangan saya akhirnya terwujud dengan anak saya jadi sarjana,” ujarnya kepada Radar Sorong, Selasa (22/12).
Penghasilan seorang loper koran ini adalah per lembar Rp.1000. “Saya punya 6 orang anak dan dua yang meninggal. Anak saya yang wisuda ini adalah anak pertama namanya Fiona Fransiska Korain lahir pada tanggal 2 Mei 1992. Selama saya bekerja sabagai loper koran itu patokan saya sehari 60 eksemplar koran. Selama saya menjual koran, saya yakin akan mampu membiayai hidup keluarga kami dengan menyekolahkan anak-anak kami, walaupun dalam pekerjaan sebagai loper koran saya sering dimarahi oleh koordinator karena kurangnya uang setoran, tetapi mereka masih prihatin dengan belas kasih terhadap saya karena mereka sudah tahu bahwa saya ini adalah orang yang sederhana dan ingin berjuang untuk membiayai anak-anak kami,”ungkapnya.
Alex dan keluarganya tinggal di Km 17 kampung Sarwata, kelurahan Klablim, Distrik Kaloru. Dia membiayai anaknya kuliah dibantu oleh istri tercinta Magdalena Korain dari hasil tani, dan keluarga juga membantu untuk uang wisuda anaknya.
“Sekalipun anak saya Fiona Fransiska Korain, S.Kom sudah menjadi sarjana jujur saja saya belum merasa tenang karena anak saya belum mendapat pekerjaan dan belum berbakti untuk bangsa dan Negara, maka bagi saya ini masih taraf perjuangan. Selama anak saya duduk di bangku perkuliahan saya merasa sangat pedih bagai berjalan di atas kerikil dan kadang saya merasa bertentangan tetapi semua itu bagi saya adalah jalan Tuhan dan saya sangat yakin anak saya pasti sukses menjadi sarjana karena berkat dukungan dari Radar Sorong maupun dari keluarga,”tandasnya. (iskandar/adk/jpnn)