Kisah Yaimun, Mengabdi Jadi Kepala Desa di Kampung Idiot
Pernah Kesal dengan Dokter yang hanya Beri CeramahSelasa, 08 Maret 2011 – 08:08 WIB
Kondisi Desa Pandak memang memprihatinkan. Lebih dari 90 persen wilayahnya berupa tanah liat. Rumah-rumah penduduk di sana, hampir semuanya tak ada yang berdinding tembok. Kebanyakan berdinding kayu atau gedek (anyaman bambu). Alas rumah pun dibiarkan seadanya, berupa tanah, tanpa ada ubin, apalagi keramik.
Menjadi kepala desa yang wilayahnya banyak dihuni warga idiot (down syndrome) atau alami keterbelakangan mental, menjadi tantangan tersendiri bagi Yaimun. "Yang bisa saya lakukan, hanya mengunjungi mereka, sambil mengusahakan bantuan untuk mereka," kata pria lulusan STM ini. Dari data yang ada, jumlah warga idiot di Desa Pandak 53 orang. Mereka terdiri dari usia balita hingga 35 tahun.
Siang itu (3/3), Jawa Pos diajak mengunjungi beberapa warga Yaimun yang mengidap keterbelakangan mental dengan mengendarai motornya. Tempat pertama yang didatangi adalah keluarga pasangan Misman (30) dan Jarmiatin (27). Pasangan suami-isteri ini sungguh kasihan. Selain miskin, anak mereka satu-satunya, Sahrul Rosikin (7) tumbuh tidak normal. "Kadang, dia suka kejang dan tubuhnya membiru seperti pasien jantung bocor," kata Yaimun.