Kisah Yaimun, Mengabdi Jadi Kepala Desa di Kampung Idiot
Pernah Kesal dengan Dokter yang hanya Beri CeramahSelasa, 08 Maret 2011 – 08:08 WIB
Desa Pandak memang seperti terisolir. Memasuki kawasan itu pengunjung harus melewati jalan yang cukup panjang yang kanan kirinya berupa sawah atau hutan. Sembako sudah masuk ke Pandak meski akses transportasi sulit. "Butuh sedikitinya 8 km perjalanan untuk bisa dapat sembako," jelasnya.
Tidak hanya itu, minimnya akes transportasi juga membuat 3.980 warga di desa itu terkungkung di wilayahnya. Roda perekonomian jelas macet karena warga tidak bisa leluasa menjual hasil sawah mereka. Untuk jagung misalnya, di Pandak harga sekilonya hanya Rp 2.000. Padahal, di luar desa bisa ditebus hingga Rp 3.200. "Jual beli hanya berputar di dalam desa," terangnya.
Musim kemarau dinilai Yaimun lebih parah. Semua pohon dikawasan Pandak akan kering. Air menjadi sulit untuk dicari. Saat musim hujan seperti ini saja, satu sumur yang memiliki kedalaman hingga 30 meter digunakan ramai-ramai oleh warga hingga radius 300 meter. "Di sini memang serba susah," tuturnya.