Kondisi Gigi Anak Bermula dari Kandungan
---
GIGI anak-anak menghitam alias gigis? Ah, itu lumrah. Drg Udijanto Tedjosasongko PhD SpKGA(K) juga mengakui pendapat dari para orang tua mengenai hal tersebut. Bahkan, ada yang berpendapat, kalau gigi anak tidak gigis, malah terlihat aneh. Yang jelas, gigis merupakan salah satu gangguan gigi pada anak. Berawal dari gigi keropos, warnanya menjadi hitam, dan tanggal.
Memang, gigi susu pada anak akan digantikan oleh gigi permanen pada usia lima tahun. Meski demikian, tidak berarti gigis lantas dibiarkan begitu saja. Sadar atau tidak, tergerusnya gigi tersebut dapat berdampak negatif kepada anak. Misalnya, nafsu makan berkurang dan gigi tidak berkerja optimal dalam masa pertumbuhan.
Dia menjelaskan, bila gigi ompong, tidak ada lagi alat penguyah makanan. Hal tersebut akan berpengaruh kepada pertumbuhan gigi anak selanjutnya. Di antaranya, gigi permanen tumbuh di tempat yang tidak semestinya, atau bahkan berantakan. ''Menguyah kan melatih gerakan gigi dan gusi. Jika tidak sering dilakukan tentu berpengaruh terhadap tumbuh kembang mereka,'' jelas spesialis kedokteran gigi anak FKG Unair Surabaya itu.
Meskipun tidak bergejala sakit, karies gigi dapat memicu infeksi yang mungkin disertai pembengkakan gusi. Dampaknya, benih gigi permanen terpengaruh. ''Kualitas gigi permanen tidak lagi optimal,'' kata staf pengajar Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak FKG Unair Surabaya itu.
Satu hal yang tidak kalah penting. Anak yang sering sakit gigi umumnya mengalami penurunan nafsu makan. Alasan yang tercetus adalah anak malas makan. Tentu saja kondisi itu berpengaruh kepada gizi mereka. Itulah alasan sesegera mungkin mengatasi karies gigi meskipun tidak parah.
Berbeda halnya bila seluruh bagian gigi rusak. Pada kondisi tersebut, gigi anak harus segera dicabut. Sebab, anak sering kesakitan, bahkan demam. ''Kalau sudah demam, biasanya anak-anak rewel dan akhirnya susah makan,'' tutur dokter 45 tahun itu.
Fokus perhatian, menurut Udijanto, tidak hanya masa balita. Tapi, itu justru dilakukan sejak anak dalam kandungan. Sebab, kesehatan gigi seorang ibu berkorelasi kuat dengan kesehatan gigi anaknya.
Pertama, ada perubahan hormonal saat ibu hamil (bumil) yang memengaruhi nafsu makan. Selain itu, ibu rentan mengalami masalah pada rongga mulut. ''Kalau diabaikan, bumil menjadi tidak nafsu makan. Tentu saja itu akan berpengaruh kepada kondisi bayinya,'' jelasnya. Beberapa penelitian menyebutkan, problem rongga mulut saat kehamilan mengakibatkan berat bayi lahir rendah. Selain itu, kualitas gigi si kecil ikut berpengaruh.
Faktanya, menurut Prof dr Bambang Wirjatmadi MS MCN PhD SpGK, anak memiliki nafsu makan sejak dalam kandungan ibu. Ibarat parasit, si mungil menyerap gizi dari ibunya. ''Segala nutrisi yang masuk ke dalam tubuh ibu diserap oleh janin. Jadi, ibu harus menjaga asupan makanannya,'' terang Bambang.
Salah satu yang juga diserap janin dari sang bunda adalah kalsium. ''Sebagai pencegahan gangguan gigi pada ibu, selama hamil disarankan menjaga kesehatan gigi dan memperbanyak makan makanan berkalsium. Misalnya, ikan teri,'' tutur spesialis gizi klinik yang juga staf pengajar di Fakultas Kesehatan Masyarakat Unair Surabaya itu. (bri/nda/mas)