Korban Emon Ikut Lomba Sepak Bola
jpnn.com - BAROS - Kasus pelecehan seksual olah Predator Paedofilia Andri Sobari (24) alias Emon beberapa pekan lalu, tentu menyisakan trauma psikologis bagi para korban yang notabene anak usia sekolah dasar. Trauma tersebut, bahkan sempat membuat para korban enggan keluar rumah.
Untuk mengatasi hal itu, warga setempat melalui karang taruna berinisiatif mengadakan turnamen sepak bola untuk anak SD dan SMP dengan tiga kategori. Hal ini dilakukan untuk mengembalikan rasa percaya diri para korban.
"Kita ingin mengembalikan keceriaan dan percaya diri korban. Karena para korban sempat minder dan malu untuk keluar rumah. Turnamen ini sendiri dibagi sesuai kelompok usia yakni anak usia SMP dan dua kategori anak usia SD, " tutur penggagas acara, Bagus Pekik kepada Radar Sukabumi (Grup JPNN.com).
Ia menerangkan, ada dua kelompok usia SD yakni kelompok kelas 4 SD hingga 6 SD, serta Kelas 4 SD kebawah. Dengan diselenggarakannya acara tersebut, Ia berharap anak-anak korban pelecehan Emon bisa kembali bermain di luar rumah.
Acara ini sendiri tidak hanya diikuti oleh korban Emon, namun ada juga pemain lain yang bukan bagian dari korban. Hal ini diungkapkan Wakil ketua pelaksana, Dede Ruswandi. "Turnamen ini sudah berjalan satu minggu. Sekarang tinggal partai final saja. Pesertanya memang bukan hanya korban emon saja, tapi 80 persen peserta merupakan korban (emon) dan kita baurkan antara yang korban dan yang bukan," ujarnya.
Salah satu partai final di usia SD sempat disaksikan langsung oleh Wakil Walikota Sukabumi, Achmad Fahmi. Ia bahkan memberikan piala bagi juara I tingkat SMP. Ia pun sangat mengapresiasi langkah swadaya yang dilakukan karang taruna Satria Jaya bersatu itu. "Acara ini sangat bagus untuk terapi para korban. Saya sangat menapresiasi langkah karang taruna yang memberikan solusi nyata bagi masalah (kasus emon) ini," ucap pria berkaca mata tersebut.
Menurutnya, tak menutup kemungkinan acara-acara seperti ini akan menjadi salah satu model terapi yang diterapkan tim pemulihan bentukan pemerintah kota. "Sangat memungkinkan, karena pemulihan ini akan terus berlanjut tanpa ada batasan waktu. Tak hanya sebulan dua bulan saja. Tingkat trauma korban kan berbeda, kita akan berikan terapi sampai trauma benar-benar hilang, makanya acara seperti ini bisa kita pertimbangkan sebagai model terapi," tuturnya.
Acara sendiri ditutup oleh penampilan lisung dan laga eksebisi bola lengeun sene (boles) yang merupakan budaya Kota Sukabumi, Jawa Barat. Bahkan beberapa anak peserta lomba ikut mencoba bermain boles dengan ceria. (cr10/t)