Kreativitas Harga Mati bagi Generasi Muda
jpnn.com - Kreativitas seolah menjadi harga mati bagi generasi muda agar dapat bersaing dan menjadi pemenang dalam persaingan di era disrupsi. Hal tersebut dikatakan Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri saat dialog Kebangsaan bertema Peran Sociopreneur dalam Mewujudkan Ketahanan Nasional di GeDUNG Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM) akhir pekan lalu.
Menurut Hanif, era disrupsi memiliki tatangan terbesar yakni mendorong masyarakat agar memiliki semangat berinovasi berdasarkan knowledge based economy. ”Oleh karena itu dibutuhkan human capital dengan kreativitas dan inovasi tiada henti,” katanya.
Dialog Kebangsaan yang juga menghadirkan Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo dan budayawan Eros Djarot merupakan puncak rangkaian kegiatan program Akademi Kewirausahaan Masyarakat (AKM). Program pelatihan gratis kewirausahaan sosial (sociopreneurship) bagi para sarjana yang belum terserap dunia kerja yang dikembangkan oleh Creative-Hub Fisipol UGM.
Peserta AKM terdiri dari 100 sarjana dari berbagai wilayah di tanah air yang dipilih melalui proses seleksi. Pasca dialog kebangsaan, 100 sarjana itu segera diterjunkan ke berbagai desa untuk menjadi pendamping para wirausahawan berbasis desa.
“Saya mendorong teman-teman untuk menerobos batas. Start thinking out of the box. Berpikir tanpa boks. Boks-nya ditendang saja. Mari berpikir tanpa dihalangi oleh aturan,” ajak Hanif.
Sementara itu, Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo membawakan tema ‘Kehadiran Sociopreneur dalam Mewujudkan Desa Mandiri di Tengah Era Disrupsi Nasional’. Menurutnya, pemimpin daerah harus terkini atau selalu update dalam hal teknologi agar bisa mengajak warganya yang tengah berada di era disrupsi menuju era keberlimpahan.
Selama memimpin, Hasto Wardoyo melakukan berbagai inovasi di Kulon Progo. Utamanya dalam hal pangan seperti Coklat Kalibawang dan Kopi Menoreh. “Kita ada dalam tekanan dan harus berubah. Menghadapi perubahan, kita dihadapkan oleh pilihan, berkompetisi atau berkolaborasi,” tuturnya. (JPNN/pda)