La Ode Ida: Waspadai Manuver Sudirman Said Hancurkan DPR
jpnn.com - JAKARTA - Mantan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI La Ode Ida mempertanyakan sikap Menteri ESDM Sudirman Said yang terkesan sangat terusik dengan pembicaraan informal antara Ketua DPR RI Setya Novanto dengan PT Freeport Indonesia.
"Kenapa Sudirman Said kesannya sangat terusik dengan pembicaraan yang tidak berdasar hukum itu dan mengerahkan energinya selaku menteri untuk menciptakan kegaduhan secara terbuka dengan Ketua DPR," kata La Ode Ida, di Jakarta, Rabu (18/11).
Sebagai pejabat penyelenggara negara lanjutnya, Sudirman Said harusnya sadar kalau hal itu masih bisa dikoordinasikan secara informal antar-penyelenggara negara dengan menggunakan filosofi "menarik rambut dalam tepung. Rambut tidak putus dan tepung tidak berserakan".
"Kegaduhan yang Menteri ESDM buat lebih memperlihatkan dirinya sebagai pejabat yang tidak matang dalam mencari solusi atau jalan terbaik dan bijak dalam menangani suatu persoalan yang dihadapi. Atau, Sudirman Said tidak miliki kemampuan koordinasi antar-figur pejabat atau antar-lembaga yang meyakinkan. Sepertinya belum level untuk jadi pejabat eksekutif," kata Ida.
Selain itu, mantan senator dari Sulawesi Tenggara itu menduga Sudirman Said tengah menjalankan agenda untuk semakin menghancurkan citra lembaga parlemen. "Saya duga dia sedang mempertontonkan bahwa ketua institusi perwakilan rakyat ini telah busuk sehingga tak perlu lagi dipercaya atau harus diganti," ujar Ida.
Bahkan La Ode Ida juga menduga dibalik kegaduhan ini, Sudirman Said memiliki kepentingan agar kebijakan percepat perpanjangan kontrak karya (KK) dengan Freeport Indonesia tidak dipersoalkan, seperti halnya yang pernah dipersoalkan oleh Menko Maritiman dan Sumber Daya Rizal Ramli. "Ini artinya, di balik manuvernya membuka percakapan informal itu, Sudirman Said juga miliki agenda subyektif yang mungkin saja ada nuansa transaksional di dalamnya," ujar dia.
Kemungkinan lainnya lanjut Ida, Menteri ESDM memiliki agenda subyektif untuk mencari popularitas atau dukungan publik melalui manuver sensasional dengan menciptakan kegaduhan politik seperti skarang ini. "Karena barangkali Sudirman Said sangat sadar, publik akan berada pada pihaknya ketika mengungkap kasus pelanggaran etika oknum figur pimpinan puncak DPR," ungkapnya.
Terlepas dari semua kemungkinan tersebut La Ode Ida menyatakan peritiwa ini harus jadi pelajaran dan sekaligus peringatan keras kepada pimpinan atau pihak DPR, agar tidak lebih jauh menyalahgunakan jabatan dan kewenangan untuk melakukan berbagai tindakan yang melanggar etika dan aturan. "Harus disadari bahwa citra DPR selama ini sedang terpuruk, sehingga seharusnya DPR sendirilah yang mulai memperbaikinya," pungkas La Ode Ida.(fas/jpnn)