Lahan Kebanjiran, Petani di Sangatta Selatan Gagal Panen
"Kami adakan rapat malam minggu lalu. Sekira 60 warga yang hadir menyepakati iuran untuk membeli bahan bakar dan membayar operator alat beratnya. Iuran per orang 100-300 ribu," ucapnya.
Operator penggerak alat berat tersebut didatangkan dari Dinas PU, dua orang. Masing-masing diberi upah dari iuran warga sejumlah 150-175 perhari. Target pengerjaan dalam kurun waktu 10 hari.
"Dua orang operatornya. Dan pengerjaannya 10 hari. Kita bayarnya pakai uang warga. Jika ditotal diperkirakan menggaji mereka berjumlah Rp 3.25 juta. Total anggaran pemasukan kurang lebih Rp 8 juta. Sedangkan total kebutuhan berkisar Rp 20 juta. Kebutuhan bahan bakar Rp 800 ribu perhari. Jika dikali 10 hari mencapai Rp 8 juta. Belum gaji operator, konsumsi, dan biaya operasional,” katanya.
Hal tersebut menjadi salah satu kendala. Bagi mereka solusi terbaik kembali meminta swadaya warga.
"Kita tidak ada pilihan lain. Cukup telah merepotkan bu camat dengan memohon bantuan alat berat saja sudah syukur. Cara lain ya kami minta sumbangan warga lagi. Untung saja warga sini tidak susah dimintain bantuan," papar ketua Tagana Kutim tersebut.
Camat Sangatta Selatan, Hasdiah menambahkan bahwa perkebunan di Rawa Gabus merupakan salah satu pemasok besar di pasar Sangata Selatan. Jika petani tersebut gagal panen maka akan berdampak pada keseimbangan kebutuhan konsumen.
"Hasil panen mereka itu melimpah. Jadi jika mereka gagal panen, kebutuhan barang dipasar berkurang. Hal tersebut berdampak terhadap harga yang meningkat," tutupnya.(*/la)