Lima Warga Bantul Meninggal akibat Demam Berdarah
jpnn.com - BANTUL – Siklus lima tahunan penularan penyakit demam berdarah dengue (DBD) memang benar adanya. Ini terbukti dengan drastisnya peningkatan penderita penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Aegypti itu.
Dalam dua bulan terakhir saja, jumlah pasien penderita DBD di Kabupaten Bantul, Yogyakarta sudah mencapai sekitar 300-an orang. Kabid Penanggulangan Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan (Dinkes) Bantul, Pramudi Darmawan menuturkan, dari 300-an penderita itu lima di antaranya meninggal dunia.
Dari jumlah itu, dua di antaranya telah diaudit. Hasilnya, dua pasien ini positif meninggal dunia karena menderita DBD. ”Yang tiga belum diaudit. Jadi masih sebatas dugaan,” kata Pramudi seperti diberitakan Radar Jogja, Jumat (6/3).
Menurutnya, sebagian besar para penderita DBD itu berasal dari Kecamatan Banguntapan, Sewon dan Kasihan. Ketiga kecamatan yang berbatasan dengan Kota Jogja itu memang dikenal padat penduduk.
Sedangkan kecamatan lain yang tak padat penduduk, angka penderita DBD relatif kecil. ”Wilayah Dlingo, Pleret, Kretek, Srandakan, maupun Sanden (jumlah penderita DBD) sedikit,” ujarnya.
Selain itu, dari lima penderita DBD yang meninggal tiga di antaranya berasal dari wilayah penyangga. Ada dua penderita yang meninggal dunia berasal dari kecamatan Kasihan. Satunya lagi adalah warga Sewon. Adapun dua penderita meninggal lainnya yang telah dinyatakan positif menderita DBD berasal dari Kecamatan Pandak dan Jetis.
Guna meminimalisasi bertambahnya jumlah penderita DBD, Dinkes Bantul bersama satuan kerja perangkat daerah (SKPD) terkait terus meningkatkan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Selain itu, masyarakat di seluruh Bantul diharapkan juga me-ningkatkan program serupa. ”Fogging bukan solusi karena hanya membunuh nyamuk besarnya,” ungkapnya.(zam/din/ong/jpnn)