Lion Air Ingin Pasar Asia Selatan
JAKARTA - Satu per satu pesawat pesanan Lion Air Group tiba di Indonesia. Selain untuk mengatasi persoalan delay, penambahan armada juga ditujukan untuk menggapai mimpi maskapai penerbangan yang menitikberatkan ke segmen low cost carrier (LCC) itu untuk mengelola seribu unit pesawat menguasai langit kawasan Asia Selatan.
Total pesawat pesanan perusahaan pimpinan Rusdi Kirana itu hampIr 700 unit terdiri atas 408 Boeing, 60 Turborop ATR, dan 230 Airbus. Satu pesawat Boeing yang merupakan pesanan ke-100 dari total pesanan Boeing 737-900 ER tiba di terminal 1A, bandara Soekarno Hatta, kemarin.
"Dari total 100 yang Boeing yang sudah terkirim, sebanyak 88 unit ada di Lion Air dan sisanya tersebar di grup seperti 6 unit di Malindo Air dan empat unit di Batik Air," kata Direktur Umum Lion Air, Edward Sirait, kemarin.
Ditargetkan seluruh pesanan Boeing itu akan tuntas pada 2025. Harga untuk satu pesawat sekitar USD 8 juta sampai USD 85 juta sehingga nilai untuk 100 pesawat yang sudah terkirim setara USD 8,5 miliar atau sekitar Rp 98,3 triliun (kurs Rp 11.568/USD).
Edward mengatakan pihaknya meyakini bahwa penambahan armada sebagai salah satu solusi utama untuk mengatasi problem keterlambatan jadwal penerbangan (delay). Nilai On Time Performance (OTP) Lion Air saat ini sebesar 75 persen dan ditargetkan tahun depan bisa meningkat jadi 80 persen.
"Bisnis kita ini kan tidak point to point, tapi multi-leg. Artinya pesawat tidak hanya terbang misalnya dari Jakarta ke Surabaya dan Surabaya ke Jakarta. Tapi ke tempat lain juga dan kembali ke tempat yang sama. Konsekuensi itu kita pilih sementara ini supaya skala bisnisnya tercapai, supaya ongkosnya bisa ditekan," tuturnya.
Sebanyak sekitar 53 persen delay Lion Air, menurutnya, terjadi di luar kendali management karena akibat traffic. Dalam perkara traffic penyebabnya selama ini mayoritas akibat faktor cuaca.
"Jadi salah satu cara kurangi delay ya tambah pesawat. Tahun depan kita ingin masukkan 48 pesawat lagi," imbuhnya.
Sebelumnya Rusdi Kirana pernah mengatakan ingin mengoperasikan seribu unit pesawat. Edward membenarkan hal itu. Bagaimana cara merealisasikannya adalah dengan mengorder pesawat lagi. Dengan hampir 700 armada yang sudah dipesan maka Lion Air group hanya tinggal pesan 300 unit lagi.
"Mimpi kita kuasai pasar Asia Selatan, tidak jauh-jauh. Di sana penduduknya saja sekitar 7 miliar orang. Satu miliar saja kita angkut, butuh dua ribu pesawat itu," pikir Edward.
Pihaknya memahami terjadi keterbatasan kapasitas bandara saat ini seiring dengan terus bertambahnya armada. Atas dasar itu Lion Air group sedang membangun hanggar di atas tanah seluas empat hektar di Batam. Batam juga akan dijadikan daerah penghubung (hub) untuk penerbangan dari wilayah Timur Indonesia ke wilayah Barat atau sebaliknya.
"Akhir Desember 2013 atau awal tahun depan targetnya hub di Bata mini sudah jadi. Kalau itu sudah jadi, kepadatan traffic di Soekarno Hatta bisa dikurangi," yakinnya.
Kepala Otoritas Bandara Soekarno Hatta, Adi Kanrio, mengatakan infrastruktur memang perlu dilengkapi seiring pertumbuhan industry penerbangan saat ini.
"Kita menghadapi masalah overcapacity. Kita terus melakukan penambahan infrastruktur dan yang terpenting semua harus mentaati peraturan yang ada," ucapnya, saat ikut menyambut kedatangan Boeing 737 ke 100 milik Lion Air, kemarin.(gen)