Longsor dan Banjir Bandang, Ibu-Anak Terseret
Ginah, 80, dan Dinem, 55, tidak kuasa menghindar dari air bah yang ketinggiannya mencapai 6 meter. Kemarin pagi (20/2) Ginah ditemukan tim gabungan TNI-Polri dalam kondisi tidak bernyawa sekitar 2,5 kilometer dari rumahnya. Sementara itu, Dinem masih dicari. ''Ketika air mulai surut, nenek dan ibu saya sudah hilang,'' kata Slamet, 32, anak Dinem.
Dia menjelaskan, banjir bandang menerjang rumahnya di pinggir Sungai Nglegong sekitar pukul 17.20. Sebelumnya, hujan deras mengguyur desanya sejak pukul 14.30. Air sungai itu pun meluap hingga ke jalan. Ginah yang kembali ke rumah untuk berteduh langsung disapu air bah. Dinem yang berusaha mencari sang ibu ikut terseret air luapan dari Sungai Nglegong itu.
Sekitar pukul 18.30, Slamet bersama warga sekitar dan aparat TNI-Polri berupaya mencari Ginah dan Dinem. Namun, hingga hampir tengah malam, pencarian tidak berhasil lantaran air sisa banjir bandang masih mengalir deras.
Empat desa di Kecamatan Dagangan, Kabupaten Madiun, diterjang longsor dan banjir bandang pada Kamis petang lalu (19/). Empat wilayah itu adalah Desa Mendak, Segulung, Joho, dan Tileng. Longsor paling parah melanda Desa Mendak. Sedangkan banjir bandang menyapu Desa Segulung dan Joho. Bencana itu tercatat sebagai musibah terparah yang pernah terjadi di Kabupaten Madiun dalam satu dekade terakhir.
Bupati Madiun Muhtarom dan jajarannya kemarin (20/2) meninjau lokasi bencana. Muhtarom minta seluruh warga saling membantu dalam upaya tanggap darurat bencana. Pemkab sudah menyiapkan dana tak terduga sebesar Rp 1 miliar untuk penanganan bencana tersebut. Dana itu telah dianggarkan dalam APBD 2015.
Rumah terdampak bencana mendapat prioritas penerima dana tersebut. Perinciannya, Rp 3 juta dialokasikan untuk rumah yang rusak ringan dan Rp 7 juta untuk yang rusak berat. Selain itu, para korban mendapat bantuan paket sembako, kasur, dan pakaian.
Banjir bandang yang menerjang empat desa itu diduga terjadi karena material longsor di Desa Mendak akhirnya membendung Sungai Beguyon yang merupakan kawasan hilir. Tepatnya, di petak 13 sampai 16 hutan lindung perhutani. Material longsoran tersebut ditengarai menahan air hujan yang turun sangat deras sejak pukul 14.30.
Purwadi, anggota DPRD Kabupaten Madiun, menduga volume material longsor yang terlalu besar membendung sungai. Namun, volume hujan yang terbendung juga kian besar. Bendungan material longsor pun jebol. "Jadi, air bah mengalir deras ke desa-desa di bawahnya," katanya.(JPNN/c10/c19/bh/dwi)