Close Banner Apps JPNN.com
JPNN.com App
Aplikasi Berita Terbaru dan Terpopuler
Dapatkan di Play Store atau Apps Store
Download Apps JPNN.com

Madagaskar Darurat Kodok Beracun

Senin, 02 Juni 2014 – 16:04 WIB
Madagaskar Darurat Kodok Beracun - JPNN.COM
Madagaskar Darurat Kodok Beracun. Getty Images

jpnn.com - ANTANANARIVO - Madagaskar saat ini sedang terancam oleh kodok beracun, dan menurut pakar hal ini dapat mengakibatkan kerusakan ekologi.

Kodok yang biasa ditemukan di Asia ini "menyerang" negara pulau tersebut, diperkirakan terbawa oleh kapal dari Asia Tenggara. Beberapa satwa khas Madagaskar seperti ular, lemur dan burung menjadi spesies yang paling terancam.

Seperti yang dilansir IB Times, ilmuwan menyerukan untuk segera diadakan program memburu sang kodok sebelum bencana lingkungan lebih parah terjadi karena perkembangan yang tidak terkontrol.

Makhluk ampibi itu diyakini dapat mengkontaminasi air minum dan menyebarkan parasit ke manusia. Disamping itu juga dikhawatirkan kejadian buruk di Australia pada 1935 dimana beberapa spesies asli negara tersebut punah gara-gara kodok sejenis, dapat terulang di Madagaskar.

Catatan dari World Wildlife Fund (WWF) bahwa sekitar 95 persen dari reptil dan 92 persen mamalia Madagaskar tidak ditemukan di bagian lain bumi. Hal ini membuat mereka menjadi satwa unik dan langka.

Sedangkan kodok Asia dengan nama latin Duttaphrynus Melanostictus ini mampu bertelur 40.000 tiap bulannya. Mereka mendapat keuntungan dengan sumber daya dan iklim yang mendukung perkembangbiakan.

Jonathan Kolby, seorang pakar alam liar dari Universitas James Cook, Australia, mengatakan bahwa tenggang waktu untuk mengatasi hal ini tinggal sedikit dan diharapkan peran serta masyarakat dan pemerintah sebelum bencana lingkungan terjadi.

"Potensi bencana sebenarnya tidak hanya di Madagaskar, tetapi juga pada pulau-pulau yang ada di Samudera Hindia seperti Kepulauan Mascarene, Comoro dan Seychelle," tambahnya. (ibtimes/ilva)

ANTANANARIVO - Madagaskar saat ini sedang terancam oleh kodok beracun, dan menurut pakar hal ini dapat mengakibatkan kerusakan ekologi. Kodok yang

Redaktur & Reporter : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

X Close