Malala
Oleh: Dhimam Abror DjuraidPada awal 2009, dalam usia sebelas tahun, Malala mulai menulis blog di BBC tentang hidup di bawah Taliban yang membatasi haknya untuk memperoleh pendidikan. Dia menggunakan nama samaran Gul Makai. Namun, identitas asli Malala akhirnya ketahuan tahun itu juga.
Malala terus berbicara tentang haknya, dan hak semua wanita, atas pendidikan. Kegigihannya menghasilkan nominasi untuk Penghargaan Perdamaian Anak Internasional 2011. Pada tahun yang sama, dia dianugerahi Penghargaan Perdamaian Pemuda Nasional Pakistan.
Malala dan keluarganya mengetahui bahwa Taliban telah mengeluarkan ancaman kematian terhadapnya. Kendati demikian, Malala lebih takut akan keselamatan ayahnya, yang merupakan aktivis anti-Taliban.
Pada awalnya, dia tidak benar-benar memikirkan bahwa Taliban akan membahayakan seorang anak. Namun, terbukti Malala tetap mendapatkan ancaman dan percobaan pembunuhan.
Pada Oktober 2012, ketika Malala yang berusia 15 tahun dalam perjalanan pulang sekolah di bus, seorang pria bersenjata bertopeng naik ke dalam bus dan bertanya yang mana Malala Yousafzai. Pria misterius itu menembak ke sisi kiri kepala Malala, kemudian peluru meluncur ke lehernya. Dua gadis lainnya juga ikut terluka dalam serangan itu.
Malala dalam kondisi kritis. Dia diterbangkan ke rumah sakit militer di Peshawar. Sebagian tengkoraknya diangkat untuk mengobati otaknya yang bengkak.
Untuk menerima perawatan lebih lanjut, dia dipindahkan ke Birmingham, Inggris. Meskipun Malala membutuhkan beberapa operasi pada saraf wajah, dia tidak mengalami kerusakan otak yang parah. Pada Maret 2013, Malala mulai bersekolah di Birmingham.
Sembilan bulan setelah ditembak oleh Taliban, Malala memberikan pidato di PBB. Dia menyoroti pentingnya pendidikan dan hak-hak perempuan serta mendesak para pemimpin dunia untuk mengubah kebijakan mereka.